Friday, November 28, 2008

i will survive!!

Ternyata menjadi ibu rumah tangga itu tidak semudah yang kubayangkan....bukan kerjaannya, bukan kelelahannya, bukan apapun yang berkaitan dengan apa yang harus dikerjakan sebagai ibu rumah tangga tapi apa yang harus ‘dirasakan’ olehku sebagai ibu rumah tangga....here’s the story

Ketika dinyatakan positif hamil, aku memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak kerjaku mengingat medannya yang ‘sangar but beautiful’ hahahaa Raja Ampat gitu lho dan memilih menjadi ‘ibu rumah tangga yang profesional’....profesional menghabiskan gaji suami...hahaaaa. Awalnya aku sangat menikmati-nya karena selain bawaan ngidam yang nggak bisa bangun pagi dan segala macam keanehan ngidam, aku menikmati karena aku bisa tidur kapan pun aku mau hmmmmm dan bisa nonton kapanpun aku mau, bisa baca buku seharian penuh malah bisa shooping all day, karena nggak harus ngantor.

Dan begitu kehamilan masuk usia 16 minggu (4 bulan), ngidamnya dah selesai dan sepertinya toleransi orang-orang disekitarku mulai ‘berkurang’ maka masuklah aku di zona yang ‘kurang nyaman’ maksudnya?!....setiap kali ketemu sama teman atau saudara, entah teman lama atau teman baru, entah saudara lama atau ‘saudara baru’ (maksudnya saudara suami yang baru aja jadi saudara ku juga), maka pertanyaan mereka adalah “udah berapa bulan kandungannya?” dan setelah itu pasti dilanjutkan dengan pertanyaan “sekarang kerja dimana?”....nah ini dia pertanyaan yang sulit dijawab...biasanya secara bercanda aku akan jawab “ibu rumah tangga yang profesional”...dan biasanya orang-orang itu akan menatap dengan heran dan aneh akan jawaban ku....mungkin karena ‘pekerjaan sebagai ibu rumah tangga’ tidak populer lagi jaman ini...jaman facebook dan friendster juga blog menjadi mainan anak sd...bahkan bagi mamaku sendiri rasanya status sebagai ibu rumah tangga tuh aneh banget, mengingat beliau mengabdi sebagai civil servant more than 30 years....wow!!

Keadaan dan situasi ini membuat aku ‘naik-turun’ tekadnya untuk menjadi ibu rumah tangga....

Pikirku...apakah sebagai ibu rumah tangga aku masih bisa diterima di lingkungan teman-teman yang punya karir entah di kantor, entah di bisnis? Apakah aku masih akan di ajak hang out bareng? Ataukah aku harus hang out dengan sesama ibu rumah tangga aja? Atau haruskah aku hanya ‘bergaul’ dengan ibu-ibu sekitar rumah ku yang sebagian besar emang ibu rumah tangga dan ibu-ibu yang sudah pensiun?

Dan ternyata keadaan tidak berubah ketika anak-ku sudah lahir...kalo jalan di mall terus ketemu temen yang sama-sama punya anak, pasti yang ditanya itu lagi dan itu lagi...masih kerja di tempat a? Atau masih di tempat b? Dan seperti kemarin-kemarin aku menjawab dengan enteng ‘ibu rumah tangga yang profesional’ dan seperti biasa reaksinya adalah “oh ya?”, “oh io” dan akan dilanjutkan dengan “kok nggak kerja lagi?” atau “kiapa so brenti kerja dang?”...nah lho!! Malah ada temenku yang surprise banget karena aku jadi ibu rumah tangga, belum lagi comment temenku yang satunya wah pasti suami mu repot nehh udah ketambahan mulut yang harus dikasi makan...OMG!! dan salah satu temen yang cukup deket (sambil bercanda tentu saja) bilang gini “gw kagak bisa ngebayangin kayak lu, kagak ngapa-ngapain, di rumah doang”, dan ada banyak lagi komentar-komentar yang kadang ‘menohok’ hati, dan itu tadi menggoyahkan tekad-ku untuk menjadi ibu rumah tangga...bahkan di lingkungan gereja pun terjadi demikian...mungkin itu udah jadi basa-basi ya? Itu tuh pertanyaan “kerja di mana?”. Pasti setiap kita ketemu dengan orang baru kita akan ditanya “kita kerja dimana”, “apa pekerjaan mu?” atau dengan teman yang udah lama nggak ketemu ama kita. Dan “ibu rumah tangga” bukanlah jawaban yang diharapkan....(saya kira)...saya jadi khawatir nih...apakah entar TUHAN juga bakalan nanya gitu ketika aku dipanggil pulang...”kamu kerja di mana anak-KU?”

Sebagai seorang yang punya profesi sebagai ibu rumah tangga, ada beberapa ‘pengalaman’ yang mengharu-birukan perasaanku....misalnya ketika ngurus asuransi buat anak charity, dan aku memasukkan data sebagai pembayar presmi, temenku yang ngurus bingung di kolom pekerjaan harus dimasukkin apa ya? Aku bercanda “ya udah tulis aja ibu rumah tangga” temenku bengong dengan jawabanku...aku tahu lah pasti orang nggak percaya kan kalo ibu rumah tangga bisa bayar premi asuransi...hmmmm mereka tuh lupa kalo aku ini ibu rumah tangga yang profesional...profesional menghabiskan gaji suami....jadi aku pasti punya ‘dana’ setiap bulan. Jangankan ngurus asuransi, sign-up di friendster ama facebook aja kadang aku bingung lengkapin datanya...apalagi di bagian company dan lain-lain di profil..makanya temen-temen yang udah pernah jalan-jalan ke fs dan fb ku kagak akan nemu yang namanya jenis pekerjaan dan perusahan tempat bekerja di profilku....bahkan aku ingat satu lagi kejadian ‘lucu’ ketika kehamilan ku udah cukup besar, ditanya lah sama dokter aku mau cuti nggak? Aku bilang wah aku udah jadi ibu rumah tangga nih dok...dan akhir cerita si dokter menyarankan supaya aku melahirkan aja di ‘rumah sakit pemerintah’ dengan menggunakan askes hahahaaa...aku dan suami cuman saling pandang dan senyum...mungkin dokternya nggak percaya kalo kita tuh bisa mbayar biaya rumah sakit swasta untuk bersalin nanti...mengingat cuman suami yang bekerja...hmmmmm.....

Pertanyaannya sekarang...apakah salah menjadi ibu rumah tangga yang profesional? Haruskah seorang perempuan itu harus ‘ber-anak’ dan sekaligus ‘ber-karir’? Salahkah kalau seorang perempuan hanya memilih ‘ber-anak’ saja tanpa berkarir? Kalau pilihan ber-karir aja bagi seorang perempuan di jaman ini malah sangat populer tapi ‘ber-anak’ saja tidak populer sama sekali...biasanya ber-anak dan ber-karir itu yang menjadi populer....dan yang pasti profesi sebagai ibu rumah tangga tidak akan dipilih oleh anak-anak sekolahan...ya kalau ditanya...apa cita-cita mu?...tentu saja tidak ada yang akan menjawab “ibu rumah tangga....”

Apapun tanggapan dunia tentang menjadi ibu rumah tangga, yang jelas hari ini i’m very proud to be me...menjadi ibu rumah tangga...karena ternyata pilihan ini tidak semudah dan serendah yang aku bayangkan...sekali lagi bukan karena capek dan lelah-nya tapi ‘rasanya’ yang membuat ini menjadi pilihan yang sangat-sangat menantang.... I’m very proud...to be housewife.
And I’m sure that I will survive...

I will survive yeah
As long as I know how to love I know I'll be alive
I've got all my life to live
I've got all my love to give
I will survive
I will survive
Yeah, yeah.............katanya si ‘cake’

there are many things around us are too small to ignore

buat-mu dan buat-ku*

Yuwono: KPK adalah jawaban TUHAN atas doa umat-NYA
(Harian Komentar selasa, 25 November 2008 dari halaman Mimbar-hal 6)

Manado, Komentar
Atas kondisi seperti ini maka gereja-gereja dan persekutuan-persekutuan doa memiliki beban untuk mendoakan supaya terjadi pemulihan atau transformasi. Dimana menurut Gembala Gereja Injil Sepenuh Indonesia (GISI), Pdt.Abraham Yuwono STh, TUHAN telah menjawab salah satu doa-doa umat-NYA yaitu kehadiran KPK.
“Firman TUHAN tidak pernah salah dan pasti terjadi. Dimana koruptor akan mengalami rumah tangga yang kacau, kehilangan kekayaan pada pertengahan usianya” tandasnya.
Dalam persoalan ini, Pdt.Abraham mengutip firman TUHAN dalam Amsal 30:7-9 yang berkata ‘dua hal aku mohon kepada-MU,jangan itu kau tolak sebelum aku mati, yakni jauhkanlah dari padaku kekurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya kalau aku kenyang aku tidak menyangkal-MU dan berkata ‘siapa TUHAN itu?’ atau kalau aku miskin, aku mencuri dan mencemarkan nama ALLAH ku.


Membaca salah satu bagian koran ini, aku jadi ingat ‘ritual’ yang selalu dilakukan di gereja. Sejak aku kecil dan mulai ngerti tentang kegiatan ke ‘gereja’ (orang manado bilang ‘mulai jo dari kita pe tau manusia’) setiap kali ibadah hari minggu di gereja, setelah penyampaian khotbah oleh pendeta dan kemudian persembahan, pasti akan dilanjutkan dengan doa syafaat (yang bagi saya yang masih kecil itu adalah saat yang palig ‘menantang’ karena sangking panjangnya doa aku bisa dua kali mimpi alias dua kali tidur sepanjang doa ). Di doa syafaat ini pasti akan pendeta dan jemaat akan mendoakan bangsa dan negara termasuk para pemimpin mulai dari presiden sampe pala (kepala lingkungan).

Hubungannya dengan artikel di atas? Mungkinkah doa ini yang dimaksudkan oleh Pdt.Abraham? yaitu ketika jemaat berdoa untuk memberikan hikmat buat para pemimpin bangsa, propinsi, kota, kabupaten bahkan sampai ke lingkungan (RT/RW)? Ataukah doa yang terdapat dalam doa ‘BAPA Kami yaitu ‘jauhkanlah kami dari pada yang jahat’? (biasanya doa syafaat ditutup dengan doa BAPA kami yang diucapkan bersama-sama oleh pendeta dan jemaat). Hmmmm....entahlah

Entahlah apa yang melatar belakangi sang wartawan memuat artikel ini di koran, dan entah apa yang membuat sampai Pdt.Abraham menyimpulkan bahwa kedatangan KPK ada salah satu bentuk dari jawaban TUHAN atas doa umat-NYA...tapi sebagai seorang masyarakat awam aku mengambil kesimpulan mungkin artikel ini dimuat karena beberapa minggu belakangan ini begitu seringnya KPK lalu lalang di manado dan kemudian terjadilah ‘peristiwa’ yang cukup meng-‘kaget’-kan warga manado yaitu pak walikota kita pun akhirnya di-hotel-pordeo-kan oleh KPK. (kaget karena bener-bener kaget, kok bisa pak walikota kita yang udah bisa membuat wajah manado agak ‘berubah’ dan mengembalikan adipura ke manado...yaa kalau bisa dikata walikota kita punya banyak prestasi gitu lho...kok bisa di-pordeo-kan...atau mungkin ada yang kaget karena kok begitu cepat sih terkuak ‘udang-nya’...kan ada pepatah ada udang di balik batu...).

Di beberapa pertemuan mulai dari ibadah dan sampai hang-out bareng di rumah kopi, bahkan yang nongkron-nongkrong di ‘leput’ pun, masih begitu hangat berita ini dibicarakan sampai hari ini. Berbagai spekulasi dan perkiraan pun dilontarkan oleh banyak orang entah yang ngerti atau yang tidak ngerti sama sekali duduk perkaranya, yang ngasih komentar cuman supaya kelihatan nggak bloon aja melontarkan berbagai ‘analisa’ atas ter-pordeo-kan-nya bapak walikota kita.

Sebagai bagian dari orang yang kagak ngerti sama sekali duduk perkaranya, yang hanya membaca dari koran atau mendengarkan obrolan temen-temen yang kelihatannya ‘ngerti’, jadi agak-agak pengen ngambil bagian di eforia ini tentu saja dari sudut pandang orang nggak ngerti duduk perkaranya...(kayaknya gw jadi oon sendiri deh...rasanya gw doank yang kagak tahu duduk perkaranya...hahahaaa kasian deh..).

Lepas dari ngerti tidak-nya atau bloon nggak-nya, aku jadi ingat saat sebelum pemilihan walikota dan wakil walikota...kalau tidak salah ingat waktu pemilihan aku menjadi satu dari sekian banyak orang yang tidak memilih satu pun dari beberapa calon walikota dan wakilnya...hehehee (aku kebagian jaga rumah soalnya). Bukannya nggak mau menggunakan hak pilih ku tapi rasanya dalam hal-hal begini ini aku belum cukup dewasa untuk menerima kekalahan dari orang yang aku pilih, nah daripada entar aku demo, bakar-bakar ban bekas dijalanan, tambah ‘mumetin’ pikirannya anggota dewan dan banyak orang, nambah kerjaan pak polisi dan ibu polisi (polwan maksudnya), hanya karena orang yang aku pilih nggak jadi walikota mendingan gw kagak milih siapa-siapa deh!. Nah jadinya aku hanyalah simpatisan semua calon hahahaaa karena semua calon kelihatannya visi dan misi-nya oke banget tuh. Buat ku saat itu yang penting manado maju who-ever-lah yang jadi walikota asal jangan gw aja yang kepilih hahaha..

Saat-saat itu aku ingat, beberapa temen-ku melemparkan berbagai spekulasi terhadap calon-calon walikota dan wakilnya. Pastinya masing-masing mendukung calonnya masing-masing. Ada seorang teman yang sangking fanatiknya terhadap salah satu calon walikota ngomong gini...’kalo sampe imba yang jadi walikota abis manado!’...hahahaaa sebagai orang yang tidak memihak sama sekali aku tertawa aja mendengar yang mereka omongkan dan hari-hari itu pasti berakhir dengan adu argumen yang tidak ada habisnya karena masing-masing tidak mau calon yang didukungnya di –diskredit-kan.
Aku ingat benar malam sebelum pemilihan walikota itu, banyak rumor beredar bahwa ada serangan fajar... kayak yang lagi perang aja...katanya ada warga yang menerima kiriman sembako plus uang tunai saat fajar menjelang alias subuh-subuh...dan masih dengan teman-teman yang sama dan pasti dengan adu argumen dan spekulasi yang ‘menggelikkan’ bagiku, malam itu aku hanya berkomentar pendek ‘siapapun yang terpilih besok, itulah pemimpin yang sudah TUHAN kirimkan buat kota manado’. Bagiku saat itu, siapapun yang terpilih jadi walikota, TUHAN punya rencana yang ‘luar biasa’ buat kota manado.

Dan hasilnya, seperti yang beberapa teman ‘khawatirkan’ yaitu terpilih-lah bapak walikota kita yang sekarang ini lagi nginap di hotel pordeo. Dan sudah pasti wajah mereka ‘sendu’ (orang manado bilang, rupa da gantong akang blanga-brot skali tu muka). Dan sekali lagi aku hanya tersenyum dan berkata “beliau sudah terpilih, so give him time to proved that he is qualified”.

Seiring berjalannya waktu, banyak hal ‘beda’ yang sudah dibuat oleh pak walikota kita. Wajah manado jadi agak berubah, wajah pasar 45 (bendar) jadi lebih cerah...(jadi kuning samua hahahaaaaa), kaki lima (yang sebagian besar orang gorontalo) terpaksa harus kembali ke tempat asalnya (tinggal pak fadel nih yang bingung ngurusin mereka), sepertinya ‘kota tua’ manado muncul kembali (tu dulu dorang ja bilang soping dang), adipura kembali ke manado, dan saya yakin ada banyak orang yang berubah nasibnya setelah pak walikota ini terpilih (banyak yang jadi pejabat tiba-tiba bukang...) aku angkat dua jempol buat pak walikota untuk semua yang sudah dilakukan untuk manado, walaupun hari ini pak walikota masih di hotel pordeo dengan dugaan kasus korupsi, aku tetap angkat jempol buat pak walikota kita (jangan hanya mau enak-nya dong yang nggak enak-nya juga harus diterima gitu lho).

Seharusnya banyak pihak (orang) yang harus berterima kasih kepada pak walikota kita, karena beliau sudah ‘bersedia’ menjadi contoh...apalagi yang hari-hari ini sedang mencalonkan diri menjadi anggota dewan dari kota sampai ke pusat...menjadi contoh bahwa ketika kekuasaan ada ditangan kita, kita harus menggunakan-nya dengan tepat! In the right time and the right place and to the right people(‘person’). Kadang kekuasaan membuat kita lupa diri dan melupakan ‘aturan main’, melupakan ‘batasan-batasan’, melupakan ‘norma-norma’, melupakan hukum alam, bahkan terkadang melupakan hukum TUHAN.

Sebagai orang yang nantinya akan ‘memiliki kekuasaan’, ada hal yang harus diingat dan harus ditanamkan dalam hati dan pikiran (kalo boleh tulis di testa!!) bahwa, kekuasaan bukan punya-mu atau punya-ku tapi kekuasaan punya TUHAN. DIA berkuasa membuat-mu dan membuat-ku menjadi perpanjangan tangannya ngurusin kota ini, bangsa ini dan negara ini. Jadi jangan ge-er dan lupa diri dengan kekuasaan karena itu hanya pinjaman dari TUHAN dan itu bentuk kepercayaan dari-NYA kepada-mu dan kepada-ku. Hanya tergantung respon kita terhadap kepercayaan-NYA-lah yang akan menentukan seberapa lama kekuasaan itu dipinjamkan kepada-mu dan kepada-ku. Kalau aku dan kamu bisa mem-per-tanggung-jawabkan-nya, maka tentunya akan panjanglah waktu-mu dan waktu-ku tapi jika aku dan kamu tidak bisa me-manage kekuasaan itu maka, kekuasaan itu akan diambil dari-ku dan dari-mu untuk kemudian dipinjamkan kepada orang yang mungkin akan lebih dipercaya oleh-NYA.

Dua hal aku mohon kepada-MU,jangan itu KAU tolak sebelum aku mati, yakni jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya kalau aku kenyang aku tidak menyangkal-MU dan berkata ‘siapa TUHAN itu?’ atau kalau aku miskin, aku mencuri dan mencemarkan nama ALLAH ku
(AMSAL 30 : 7-9)

Two things have I required of thee; deny me them not before I die: Remove far from me vanity and lies: give me neither poverty nor riches; feed me with food convenient for me: Lest I be full, and deny thee, and say, Who is the LORD? Or lest I be poor, and steal, and take the name of my GOD in vain.
(Proverbs 30: 7-9 ) King James version

*Tulisan ini aku dedikasikan buat para calon legislatif,dari tingkat kecamatan, kabupaten/kota,dan propinsi yang akan ‘bersaing dan bersanding’ dalam pemilihan tahun depan (kalau tidak ada perubahan akibat krisis global..)...terutama bagi mereka yang juga menambah embel-embel ‘gelar’ Pnt. (baca penatua) di depan nama mereka....kamu dan aku bisa mencemarkan nama ALLAH-mu dan ALLAH-ku jika mencuri!!

there are many things around us are too small to ignore

Wednesday, November 26, 2008

indahnya berbagi....


26 November 2008

Kemarin seperti yang lalu, saya harus masuk kelas ester dan setelah seminggu nggak ketemu mereka, rasanya hari ini saya pengen bikin surprise buat anak-anak usia 9-11 tahun ini. Setelah beberapa hari menyiapkan bahan-bahannya, saya pe-de banget masuk ke kelas ester. Dan dengan antusias memulai kelas sore itu...mereka dibagi menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok harus menghasilkan kliping yang paling oke dan hasilnya kelas yang biasanya ribut dan agak2 kacau, menjadi tenang karena semua anak sibuk dengan kerjaan masing-masing di dalam kelompok.

Di tengah kesibukan mereka, saya mengambil kamera digital yang biasa aja :) dan mulai mengambil foto-foto kegiatan mereka di dalam kelompok. Dan apa yang menjadi ‘keinginan’ saya untuk memberikan surprise buat mereka tercapai! Mereka kaget karena ada kilatan blits dari kamera dan akhirnya saya mengatakan bahwa setiap kelompok yang udah selesai akan difoto dengan hasil karyanya....

Dan ternyata bukan hanya mereka yang terkaget-kaget karena saya juga menjadi sangat surprise dengan reaksi mereka....

Dengan gaya yang khas anak-anak, mereka bergaya di depan kamera bergaya bak foto model. Ada yang keliatannya pendiam banget tapi pas di depan kamera langsung deh bergaya, trus ada lagi anak cowok yang pas mau difoto langsung spontan memeluk bahu teman ceweknya hahahaaa candid banget gitu lho. Belum lagi ketika ada seorang anak yang ikut kelas melukis minta saya untuk motret dia dengan hasil karya lukisannya...apa yang terjadi...teman-teman sekelasnya pun berebutan foto bareng hahahaaa yang ada fotonya bisa diberi judul ‘bakuruju’ atau ‘baku sosuru’ hahahaa. Saya sangat menikmati sore itu dan sangat exciting me-motret mereka. Hasilnya kelas ester nyaris nggak kebagian menu tinutuan karena kelamaan motret hahahaaa....

Dan saya sangat menikmati sore itu...karena meskipun saya tidak bisa memberi banyak buat mereka tapi saya sangat menikmati sore ini karena bisa membuat mereka tertawa, membuat mereka begitu exciting, membuat mereka bisa bergaya lepas dan bisa membuat mereka bangga dengan diri mereka....walaupun itu hanyalah sebuah cara yang sederhana yaitu dengan me-motret mereka....meskipun bagi banyak orang mungkin itu tidak berarti apa-apa, karena sudah begitu terbiasanya mereka dipotret...tapi bagi anak-anak itu...mungkin ini adalah kali pertama mereka bisa bergaya di depan kamera sesuka-suka mereka dan difotonya berulang-ulang kali dan tanpa harus membayar....karena bagi mereka (mungkin) ada yang masih mengalami betapa mahalnya di foto....

Betapa indahnya berbagi...meskipun itu adalah hal yang sangat kecil.....there are many things around as that too small to ignore....

belajar hak atau belajar kewajiban?

November 19th, 2008

Kita lebih banyak belajar tentang hak dari pada kewajiban.....komentar ini terdengar ketika aku menghadiri satu ibadah minggu...pembicara nya yang adalah seorang pendeta, mengatakan bahwa kita manusia ini terlalu banyak belajar tentang hak dari pada kewajiban...dan kemudian dia sharing pengalamannya bagaimana dia mendidik anak-anaknya dengan menerapkan prinsip yang sebaliknya dari pernyataan-nya di atas...dia lebih banyak mengajarkan tentang kewajiban ketimbang hak pada anak-anaknya...

Ada yang menarik dari apa yang disampaikan pendeta tadi...yaitu tentang apa bukti bahwa manusia lebih banyak belajar hak-nya dari pada kewajibannya. Ya pendeta itu mengatakan bahwa buktinya adalah betapa banyak orang yang selalu menuntut haknya daripada melakukan kewajibannya. Dan bukti yang lain lagi, betapa banyak orang yang tidak bisa menghilangkan keinginan dunia-nya karena menuntut hak-hak nya....Hal-hal ini berputar-putar di otakku, entahlah sudah berapa lama untuk coba memahaminya hmmm benarkah kita terlalu banyak tentang hak?

Kemarin sore ketika aku harus masuk di kelas ester yang berisi anak usia 9-11 tahun, aku menyaksikan satu kejadian yang cukup menarik perhatian ku. Ada seorang ibu yang datang dan menanyakan mengenai ‘jatah’ yang harus diterima anaknya yaitu berupa tas sekolah. Setelah ibu ini membaca di daftar anak yang akan menerima tas sekolah, ternyata nama anaknya tidak tercantum di sana. Ibu ini kemudian complain, sampai akhirnya datang sang koordinator program dan menjelaskan alasan kenapa nama anaknya belum masuk ke dalam daftar, yaitu karena anak nya sering alpa dari kegiatan. Jadi ternyata ada pembagian waktu pembagian tas sekolah dan yang didahulukan adalah anak-anak yang tidak pernah absen hadir di kegiatan. Dan nanti setelah anak-anak yang tidak pernah absen ini menerima tas sekolah, kemudian anak-anak yang sering absen menerima tas sekolah. Bagi saya pribadi, itu adalah fair karena tentu saja kita perlu memberi reward bagi anak-anak yang tidak pernah absen alias rajin hadir di program dan bagi saya memberikan jatah tas terlebih dahulu bagi mereka tidaklah salah dan kalau anak yang sering absen diberikan belakangan yaa supaya nantinya mereka rajin dan tidak absen lagi...tapi yang terjadi dengan ibu itu lain...ibu itu nyerocos aja bahkan cenderung memprovokasi ibu-ibu lain yang ada di sekitarnya dengan mengatakan ini tidak adil dan sebagainya. Ada keinginan di hati saya untuk menjelaskan kepada ibu itu bahwa memang absen masuk dalam kriteria penilaian yang sudah ditentukan bersama oleh pihak penyelenggara program dan pemberi program, tapi entah kenapa saya langsung masuk ke kelas ester dan memulai sharing hari ini. Ternyata sampai jam belajar sudah selesai, sang ibu masih saja ngotot dan nyerocos....menuntut hak-nya...

Apakah ibu ini termasuk orang yang terlalu banyak menuntut hak-nya (tas sekolah untuk anak-nya) dari pada melakukan kewajibannya (mengantar anak-nya ke kelas program)? Dan karena begitu ingin hak nya di dapat, ibu ini sampai tidak mau menerima penjelasan dari koordinator program dan tetap pada pendiriannya....bahwa tidak bisa seperti itu, bahkan ibu itu sampai mengancam akan melaporkan ke pelaksana program...hah?!

Apakah ibu ini termasuk orang yang terlalu banyak belajar mengenai hak dari pada kewajiban?

Wah setelah dipikir-pikir kayaknya ini menjadi cukup complicated...kalau ibu ini merasa menerima tas hari ini adalah hak-nya dan kemudian koordinator program merasa adalah hak-nya untuk menunda pemberian tas untuk anak ibu ini karena dia punya alasan yang jelas dan itu sudah jalan sekian lama dan tidak ada yang protes kecuali ibu ini, maka pasti tidak akan dapat titik temu. Pada akhirnya pasti ibu ini lah yang harus tetap menunggu dan pasti ibu ini tidak akan puas...hmmmm
Entahlah kenapa jadinya tidak simple ya? Apakah salah terlalu banyak belajar tentang hak dari pada kewajiban?

Refleksi saya pribadi;
Selama ini doa saya kepada BAPA ku di surga, lebih banyak berisi tentang bagaimana supaya hak-hak saya bisa saya dapatkan, sedangkan saya begitu sedikit bertanya tentang bagaimana melakukan kewajiban ku...jadi boro-boro melakukan kewajiban bertanya ke BAPA tentang kewajiban ku aja males. Saya paling senang ketika berbicara dengan BAPA ku tentang bagaimana aku berhak sukses dalam hidup, mendapatkan semua yang kuinginkan, supaya aku sehat, supaya aku panjang umur, dapat jodoh yang tepat, karir yang naik terus, teman-teman yang baik, bahwa aku juga berhak pakai sepatu ber-merk, baju ber-merk, bahwa aku berhak punya mobil mercy dan ada begitu banyak hak ku lainnya..tapi saya kurang ‘nyaman’ ketika harus bicara tentang kewajiban ku...memberi bagi mereka yang memerlukan, memberi makan bagi yang lapar dan memberi minum bagi yang haus, memberi pakaian bagi yang tidak memiliki pakaian dan memberi tumpangan bagi mereka yang tidak punya tempat berteduh, memperhatikan anak yatim dan fakir miskin....biasanya kalau sampai di bagian ini dan saya pun akan berkata itu kan tugas pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, untuk membantu anak yatim dan orang miskin...atau kadang bahkan saya bertanya ah masa sih itu menjadi kewajibanku TUHAN? Bukankah itu kewajiban MU TUHAN untuk memberi bagi mereka yang memerlukan, memberi makan bagi yang lapar dan memberi minum bagi yang haus, memberi pakaian bagi yang tidak memiliki pakaian dan memberi tumpangan bagi mereka yang tidak punya tempat berteduh, memperhatikan anak yatim dan fakir miskin dan juga memenuhi semua kebutuhanku dan memberikan semua yang kuinginkan.........bukankah ada begitu banya orang yang seperti saya??????

Salahkah jika terlalu banyak belajar tentang hak?

there are many things around us are too small to ignore

Wednesday, November 19, 2008

pendeta* = dukun*

Maksudnya...?? rasanya tidak etis dong membandingkan pendeta dan dukun. Jelas aja berbeda..kalau boleh meminjam istilah universal katanya pendeta itu dari aliran putih dan kalau dukun aliran hitam... tapi kalau dipikir-pikir ulang dan melihat kenyataan yang ada kadang-kadang kita orang kristen memperlakukan pendeta kita sama seperti dukun...buktinya?

Pendeta yang bisa menyembuhkan pasti paling ramai dikunjungi oleh orang sakit
Pendeta yang doa-nya mujarab juga paling sering dikunjungi oleh orang yang bermasalah dengan harapan masalahnya selesai, jika suaminya selingkuh minta di-doa-in supaya suaminya bertobat ngak selingkuh lagi, kalau lagi mencalonkan diri jadi caleg minta didoakan supaya banyak yang memilih dia, yang punya hutang minta didoain supaya hutang bisa lunas terbayar

Pendeta yang bisa bernubuat paling sering dikunjungi oleh orang-orang yang ingin melihat masa depan...aku nanti jadi apa ya pak pendeta?

Nah apa bedanya dengan dukun kalo gitu, bukanya dukun yang ramai juga yang bisa menyembuhkan, yang bisa memprediksikan masa depan (bernubuat?) dan dukun yang ‘doa-nya’ manjur?...

Pasti kita akan bilang ya beda lagi..kalo pendeta tuh doa-nya sama TUHAN kalo dukun itu kan nggak jelas doa-nya sama siapa...trus kalo pendeta tuh diberi kuasa sama TUHAN untuk menyembuhkan dan menyelesaikan masalah, kalo dukun tuh entah kuasanya dari siapa...trus kalo pendeta tuh diberi penglihatan oleh TUHAN sehingga bisa bernubuat, kalo dukun mah kagak tau dikasi penglihatan oleh siapa sehingga bisa memprediksikan masa depan. Dan mungkin kita akan bilang pendeta tuh aliran putih kalo dukun tuh aliran hitam dan pasti masih ada sederetan perbedaan antara pendeta dan dukun.

Yang menjadi point-nya adalah, kadang kita berharap pendeta bisa menyelesaikan semua masalah yang kita hadapi, baik sakit penyakit, masalah rumah tangga, masalah anak dan sebagainya...kadang kita pengen kalo pendeta kita mendoakan kita yang baik-baik dan enak-enak saja dan itu harus terkabul. Kalo pendeta kita berdoa dan rasanya tidak terjawab maka kita menganggap pendeta itu tidak punya karunia dan tidak punya kuasa dan kita mencari pendeta yang lain...bukankah TUHAN itu on line 24 jam dan available untuk semua orang? So kita bisa chatt langsung dengan TUHAN even tanpa perantara.. :)

Tanpa sadar kita memperlakukan pendeta kita seperti dukun, di kunjungi hanya ketika kita butuh didoakan, di panggil ke rumah hanya ketika kita sakit dan ingin dilayani (kayak manggil tukang pijit gitu deh), diajak ngobrol hanya ketika punya masalah....dan itu bisa berarti kita juga menjadikan TUHAN seperti dukun...yang hanya menjadi TUHAN ketika menyembuhkan sakit, yang hanya menjadi TUHAN ketika membuat masalah kita selesai, yang hanya menjadi TUHAN ketika kita mencapai sukses, yang hanya menjadi TUHAN kalau kita perlu aja....atau meminjam istilah seorang pendeta, kita menjadi kan TUHAN sebagai asisten menteri kesehatan ketika kita sakit, menjadi asisten menteri keuangan ketika kita butuh uang, menjadi asisten menteri perumahan ketika kita butuh rumah dan menjadi menteri perhubungan ketika kita butuh mobil....

Mari kita porsikan TUHAN kepada tempatnya, pendeta pada tempatnya dan dukun pada tempatnya...jangan dicampur aduk dan jangan diacak posisinya apalagi ditukar urutannya....

* pendeta: yang bertitel, S.Th, Rev, Ev, dan yang semacam itu
* dukun: orang pintar

there are many things around us are too small to ignore

Tuesday, November 18, 2008

my beloved brother


My beloved brother...

He is so simple....
He is not a smart student
He is not a genius
He just spent his time to do something he likes
He just talk when he want to
He had no reward certificate
He just a good son for my parents
He just a nice brother for me
He is so simple.... has no big dreams...just a simple wishes

He is a simple person....sangking simple-nya, begitu cepat dia mendahului ku ke rumah PAPA di surga.... now I miss him so much

2:23 at home, nov 19th 2008


there are many things around us are too small to ignore

ke-bahagia?-an

22 oktober 2008,

Setelah membaca artikel lentera jiwa yang saya terima dari seorang teman lewat e-mail, ada pertanyaan yang timbul dalam hati....di artikel itu diceritakan tentang orang-orang yang berbahagia dengan apa yang mereka ‘kerjakan’ untuk mendapat ‘uang’. Dan di sana ada pernyataan dan pertanyaan.... Pertanyaan yang paling hakiki adalah apa yang kita cari dalam kehidupan yang singkat ini? Semua orang ingin bahagia. Tetapi banyak yang tidak tahu bagaimana cara mencapainya.

Semua orang ingin bahagia?

Apa sih yang menjadi ukuran kebahagiaan seseorang?
Apakah yang ingin kita dapatkan dalam hidup yang hanya sekali ini hanyalah sekedar hidup bahagia?

Serangkaian pertanyaan ini begitu saja timbul dalam kepala dan hatiku sehingga aku pun akhirnya ‘merenungkan’ sejenak...dan bertanya ke diri saya sendiri apa yang saya cari dalam hidup yang hanya sekali dan singkat ini?

Ketika mencoba untuk merenungkannya, ternyata tidak semudah yang aku pikirkan tentang apa yang ingin aku dapatkan dari hidup ini. Tentu aku ingin mencapai cita-cita ku...tapi apa sih cita-citaku? Aku ingat waktu SD, aku ingin jadi polwan, terus karena aku kagum sama guruku aku juga pengen jadi guru, terus beranjak ke smp dan sma aku kagum dengan wanita2 luar biasa sehingga aku ingin belajar dunia otomotif dan menjadi wanita yang unik dengan berkarir di dunia otomotif, itu yang aku pegang sampai aku memilih jurusan teknik mesin dan punya mimpi one day aku akan jadi support team-nya formula 1 michail schumacer hahahaa....dan akhirnya setelah aku belajar di bangku kuliah, aku menyadari bahwa tidak mudah bagi seorang wanita untuk bersaing dengan para lelaki di dunia otomotif apalagi sebagai mekanik karena dimana-mana yang dicari tuh mekanik pasti pria ...sampai aku terjun ke dunia lingkungan hidup. Berawal dari ikut grup mahasiswa pecinta alam, dan berbagai macam kegiatan adventure lainnya aku mendapati diriku mulai ‘suka’ dengan pekerjaan di NGO apalagi I-NGO...dan setelah aku kerja di NGO i found my self want to be donor hahahaha karena aku tahu gimana rasanya membuat proposal yang berbelit-belit hanya untuk mendapatkan sedikit dana padahal yang dibutuhkan more than that..jadi aku pengen jadi donor, jadi founder aja deh...jadilah aku ingin menjadi pengusaha dan tidak segan-segan aku memilih menjalankan MLM yang menawarkan cara kerja cerdas...dan tiga tahun aku menjadi pelaku MLM full time!! Di awal tahun ke empat I found my self want to work for children dan akhirnya jadilah aku bekerja di minsitry for children...disana, again i found my self like have a heart for papua...dan seketika itu juga ada tawaran untuk work in papua..RAJA AMPAT gitu lho...than I went to raja ampat...and after that i found that i’m pregnant :) dan hari ini jadilah aku seorang ibu rumah tangga dengan seorang preety baby (charity, 4 months).

Apakah aku bahagia melewati semua itu? Of course!! Tentu saja aku sangat bahagia dengan apa yang sudah aku lewati meskipun disela-sela kebahagiaan itu kadang ada tangis ketidakbahagiaan karena satu dan dua hal...but aku tidak pernah menyesal tentang semua itu karena semua itu sudah memberi warna dalam hidup ku.

Dan sampai aku menulis baris ini, aku masih terus bertanya apa sih standar bahagia itu? Cita-cita tercapai? Impian jadi kenyataan? Punya rumah mewah? Mobil banyak? Diakui orang? Sukses di tempat kerja? Mencapai gelar doktor? Dapat bea siswa ke luar negeri? Bisa menyumbang di panti asuhan? Bisa menyumbang di gereja dan mesjid? Jadi presiden? Jadi dokter ahli ternama? Jadi artis terkenal? Apa sih standar bahagia itu?....dan kalau ini semua belum bisa memenuhi standar bahagia kita? Than untuk apa kita hidup hanya untuk bahagia?....rasanya terlalu egois kalau aku hidup hanya agar supaya diri ku bahagia...bagaimana dengan orang-orang di sekitarku, apakah mereka bahagia dengan keberadaan ku ataukah mereka begitu tidak bahagia karena kita ada di sana?

Hmmmmm bahagia........apa sih bahagia itu?

sorga vs neraka

6 november 2008, ketika sedang berada di kelas paulus yang berisikan anak-anak usia 9-11 tahun, aku menemukan satu hal yang membuatku tersadar bahwa anak-anak itu memang too small to ignore...karena lewat mereka kita bisa banyak belajar banyak hal dan anak-anak dikirim oleh TUHAN untuk mengingatkan kita tentang banyak hal...seperti yang satu ini...

Hari itu sedianya aku akan men-sharingkan tentang topik TUHAN memimpin langkahku. Tapi tiba-tiba arah diskusi hari itu menyinggung masalah surga dan neraka. Ketika ada seorang anak perempuan yang dengan suara yang keras mengatakan pada ku bahwa dia di sekolah sering memukul temannya, aku cukup terkejut karena tidak menyangka anak perempuan itu akan melakukan hal itu (melihat penampilan dan pembawaan anak itu tentu saja)...dan yang lebih mengejutkan lagi sebagian besar anak di kelas itu mengiyakan bahwa mereka juga melakukan hal yang sama ketika ada teman mereka yang membuat mereka tidak nyaman..aku yang kaget dan bingung, spontan menanyakan ke anak-anak itu “siapa yang ingin masuk surga?”...dan seperti oleh kebanyakan orang mereka pun semuanya serempak mengangkat tangan tinggi dan berkata” saya...saya..saya...” tidak ada yang tidak mengangkat tangannya. Aku melanjutkan pertanyaan, “apa yang harus kita lakukan supaya masuk surga?”. Anak-anak itu pun berebutan menjawab; “berbuat baik”, “mengasihi orang lain”, “dengar-dengaran sama orang tua” dst...dst... dan aku pun melanjutkan pertanyaan “bagaimana itu mengasihi orang lain”. Dan ada anak yang menjawab “tidak berkelahi”. Aku pun berkata ke anak-anak itu, “kalau ingin ke surga, berarti kan kita harus mengasihi?”...serempak mereka menjawab “iyaaaa...”. “mengasihi berarti tidak memukul teman kita atau berkelahi dengan teman kita kan?”... “iyaaaaaa..” sekali lagi mereka menjawab dengan kompak. “kalau demikian kenapa kalian sering berkelahi dan memukul teman-teman di sekolah?” tanyaku...anak-anak itu tidak merespon sekompak yang sebelumnya mereka menatap ku dengan wajah yang bingung mungkin...dan kembali aku bertanya “siapa yang ingin ke surga?” dan seperti tadi mereka semua mengangkat tangan mereka..”trus kenapa mukul temen?”..anak-anak itu diam lagi...”kalian ingin ke surga tapi tidak mau melakukan apa yang baik, yang mengasihi..kakak jadi bingung...pengen ke surga tapi tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan...jadi yang bener ke surga atau neraka sih?” tanya ku lagi “surgaaa.....”mereka masih kompak tapi banyak yang sudah tidak menatap ku lagi...aku tersenyum dan berkata “kalau ingin ke surga lakukan hal-hal yang bisa membuatmu ke surga...”

Setelah kelas bubar, diskusi yang tadi itu begitu membekas dalam hati dan pikiranku....aku seakan bercermin dari apa yang ditunjukkan oleh anak-anak tadi. Kadang aku pun demikian ingin sekali ke surga tapi aku melakukan banyak hal yang tidak akan membawa ku ke surga tapi sebaliknya bisa membawaku ke neraka. Aku ingin menikmati ‘indah-nya’ surga tapi tidak mau memenuhi syarat dan kriteria orang yang bisa ke surga. Ibaratnya pengen dapat fasiitas direktur tapi hanya mau mengerjakan tugasnya ob atau pengennya naik kelas vvip tapi hanya mau bayar tiket kelas ekonomi....ya jelas nggak bisa dong.

Dan itulah yang terjadi sekarang ini...ada begitu banyak orang yang mengaku sebagai pengikut KRISTUS yang kalau di tanya “mau ke surga nggak?” pasti menjawab mau..tapi ketika diperhadapkan dengan kompensasi dan persyaratan yang ‘berat’ menjadi ‘bingung’. Bingung karena maunya ke surga tapi tidak mau bayar harganya....ibarat pengen sekolah di Manado international school tapi pengen mbayarnya sama dengan sekolah di SD negri 31.

Berhari-hari aku memikirkan itu dan sampai pada kesimpulan malam ini, kalau ingin ke surga bayarlah tiket ke surga sesuai harganya.....jangan tunggu sampai ada diskon lagi...untuk tiket yang satu ini tidak akan ada promo...karena semestinya tiket nya udah ada di tangan kita nggak perlu booking lagi, nggak perlu ngantri nunggu tiket murah. Kita udah punya tiketnya, kita tinggal lihat berapa harga tiket yang udah ada di tangan kita dan silahkan dibayar lunas tiketnya....mumpung tiketnya belum expired, yuk kita rame-rame melunasi harga tiket kita masing-masing.....

Monday, November 17, 2008

birthday part 2

29 oktober 2008,

Ulang tahun tiba? Pesta yuukkk, mana kadonya?, makan-makan dimana?, dst...dst
Aku ingat beberapa waktu yang lalu aku menghadiri ulang tahun seorang keluarga dekat. Waktu itu tidak ada pesta besar-besaran, ada ibadah bersama keluarga dan tetangga sekitar kompleks dengan makanan yang tidak bisanya tentu saja....ada hal yang menarik saat itu.

Ketika ibadah berlangsung, yang berhari ulang tahun belum tiba di tempat, tapi karena mengingat waktu yang semakin larut maka ibadah pun segera dimulai. Ibadah yang dipimpin pendeta itu memang ditujukan sebagai ibadah ungkapan syukur karena bisa ketambahan usia. Sehingga pendeta pun memberikan khotbah yang berkaitan dengan itu dan ditujukan kepada yang berhari ulang tahun. Tapi sayanya yang berhari ulang tahun terlambat datang sehingga tidak bisa mendengarkan keseluruhan khotbah yang disampaikan pendeta dan karena terburu-buru sehingga dalma keadaan yang agak ‘emosi’ yang berulang tahun bergabung dalam ibadah itu.... hmmm mungkin kejadian ini pula yang menginspirasi tulisan ini...karea saat itu lah timbul pemikiran kalo usia bertambah berarti semakin sempit waktu kita di dunia ini...

Apa sih yang harus kita lakukan saat ulang tahun?

Pesta? Makan-makan? Jalan-jalan? Nraktir orang lain? Apapun yang ingin kita lakukan untuk memperingati ulang tahun kita, rasanya tidak ada yang salah. Mau pesta kek, mau rame-rame atau pun mau sendirian aja rasanya tidak ada yang salah dengan itu. Mau dananya ratusan ribu, jutaan, puluhan juta bahkan sampe milayaran, nggak ada yang melarang kok.... so what gitu lho?!

Yang terpenting bagi kita adalah mengingat bahwa semakin bertambah usia semakin sedikit waktu kita di dunia ini....ah masak sih? Wah itu sih fakta yang tidak terbantahkan lagi bahwa semakin usia bertambah yang semakin singkat waktu kita di dunia....dan kalau begitu ada pertanyaan sambungannya lagi, kalo semakin singkat waktu kita, apakah kita sudah tahu kemana kita akan pergi setelah waktu kita di dunia ini habis? Nah ini dia nih..kita jangan pura-pura bego dengan tidak pernah menanyakan hal ini ke diri kita karena kita merasa I’m still young lagi....mati tuh kagak pandang bulu mo tua kek, mo muda, lu siap ato nggak, dia bisa datang kapan saja.... (kayakya kalo ngomong yang ginian rada ngeri juga ya...hmmm we will discuss about this in the next edition)

Jadi dari pada ngeri mikirin after death gw dimana? Mendingan mulai sekarang jangan tunggu ulang tahun deh tapi setiap hari kita bisa mengevaluasi diri apa yang sudah kita perbuat dalam hidup ini, apakah kita sudah melakukan yang terbaik, apakah kita sudah memakai semua kemampuan yang TUHAN berikan bagi kita, sudahkah kita melakukan dengan baik apa yang menjadi bagian kita? Apakah kita sudah menjadi anak yang baik bagi orang tua kita? Apakah kita sudah menjadi orang tua yang baik bagi anak kita? Sudahkah kita menjadi atasan yang baik untuk anak buah kita? Apakah kita sudah menjadi bawahan yang baik buat atasan kita? Apakah kita sudah menjadi baik seturut dengan kehendak TUHAN? Ini dia point-nya...setiap ulang tahun jangan pesta doang dong, merenung dikit kayaknya nggak salah, merenung bukan untuk sedih dan menyesal akan hari yang sudah lewat tapi merenung untuk berbuat yang lebih baik lagi besok !!

Happy birthday friends............

birthday part 1

20 September 2008

Ada makanan, ada orang-orang yang berdatangan, jabat tangan, balon-balon, ada life music, ada tawa, ada kado-kado, ada surprise, ada bunga, ada keramaian, ada hingar bingar….kira-kira demikianlah gambaran sebuah pesta ulang tahun…

Ulang tahun, banyak yang merayakan nya dengan mengadakan pesta, dari pesta yang kecil sampai pesta besar-besaran…dari pesta dengan budged ratusan ribu sampai ratusan juta bahkan sampai milyaran rupiah…dari pesta yang di rancang sendiri untuk penghematan sampai pesta yang menggunakan even organizer yang professional…yang pasti hampir semua orang inginmerayakan ulang tahun dalam situasi yang menyenangkan dan menggembirakan…dan hampir semua orang mengharapkan di ulang tahunnya akan ada surprise dari keluarga atau teman bahkan hampir semua orang ingin mendapatkan kado di hari ulang tahun bahkan terkadang ‘kita’ sedikit menodong orang lain untuk memberikan kado ulang tahun buat kita. Dan senang rasanya ketika kita ulang tahun, pasangan, keluarga dan teman memberikan ucapan selamat (tentunya yang tanpa ‘todongan’ mentraktir ). Bahkan ada orang yang di ulang tahunnya dia diperlakukan dengan sangat special, sebagai ratu or raja sehari…itulah gambaran sebagian besar orang merayakan ulang tahunnya….

Yang menjadi pertanyaan sekarang, untuk apa semua itu dilakukan (pesta kecil sampai besar)?

Hmmmm banyak orang yang akan menjawab, sebagai ungkapan syukur karena bisa ketambahan usia setahun…benarkah demikian? Ataukah perayaan ulang tahun itu sekedar tradisi yang sudah diturunkan temurun sejak zaman bahela dan kita tinggal meneruskan tradisi ini? Ataukah perayaan ini menjadi life style dan menjadi ajang mempertontonkan ‘keberhasilan’ secara materi ataukah memang ada makna terpendam lainnya dari perayaan ulang tahun…

Saat satu negara merayakan ulang tahun kemerdekaan misalnya, seluruh penduduk bangsa itu ‘dibikin’ sibuk. Indonesia misalnya sangat terkenal dengan istilah ‘pesta rakyat’ dan yang pasti saat ini ‘pesta rakyat’ menjadi komoditi bisnis yang mahal bahkan menjadi kendaraan politik bagi beberapa orang dan bayangkan perutaran uang yang terjadi ketika kita memperingati kemerdekaan Indonesia bahkan ini bisa menjadi proyek yang besar.

Saat seorang anak merayakan ulang tahun yang pertama, orang tua menjadi sibuk bahkan seluruh keluarga menjadi sangat sibuk. Dan kita juga sudah bisa membayangkan berapa banyak uang yang berputar ketika kita merayakan ulang tahun si kecil yang pertama, kedua dan’ke’ seterusnya.

Saat seorang anak memasuki usia ke 17 tahun, yang dianggap sebagai umur istimewa karena dianggap sebagai usia peralihan dari masa kanak-kanak ke masa ‘dewasa’…pesta yang direncanakan pasti jauh lebih meriah dibandingkan dengan pesta ulang tahun yang pertama. Dan kita pun tentu bisa membayangkan berapa banyak uang yang terputar saat itu…

Hmmmm hampir semua orang ingin memberikan atau menerima atau membuat ‘kesan’ pada saat ber-ulang tahun….

Kalau ditanyakan kepada banyak orang kenapa ulang tahun dirayakan? Pasti akan ada banyak jawaban yang akan muncul….

Dibalik semua alasan itu pernakah kita berpikir bahwa dengan bertambahnya usia, berarti waktu hidup kita di dunia semakin berkurang?

Secara ‘kodrati’ manusia ingin hidup lama banget dan kalau bisa kekal seperti highlander. Apa buktinya? Saat ini semakin banyak orang mencari-cari cara untuk awet muda, berarti semakin banyak orang yang takut menjadi tua karena menjadi tua identik dengan ‘sebentar lagi mati’. Saat ini semakin banyak orang mencari-cari obat untuk berbagai macam penyakit supaya segala macam penyakit bisa disembuhkan, karena orang yang sakit (apalagi kalau sakitnya belum bisa disembuhkan karena belum ada obatnya) identik dengan ‘sebentar lagi mati’. So, bisa disimpulkan manusia ingin menikmati hidup lebih lama, ingin hidup umur panjang banget bahkan mungkin kalau bisa abadi…dan manusia (hampir)selalu menjauhi keadaan yang bisa menyebabkan ‘kematian’…dan kalau dikaitkan dengan pertanyaan (yang bisa juga menjadi pernyataan)…secara harafiah (atau apalah namanya) bisa lah disimpulkan bahwa setiap kita merayakan ulang tahun berarti kita merayakan ‘kematian’ kita yang semakin dekat…. (Am I right?) benarkah itu yang kita rayakan ketika kita ber-hari ulang tahun?

Seandainya itu benar, bahwa setiap kita merayakan ulang tahun, kita mengadakan pesta besar dengan budget yang besar selain kita bersyukur karena kita bertambah usia setahun, berarti kita juga merayakan dan bersyukur untuk hari kematian yang semakin dekat…..seandainya begitu adanya, apakah masih ada orang yang akan mengadakan pesta untuk merayakan ulang tahun? I don’t know yet....

guling putih vs guling cokelat

3 November 2008,

Ada apa dibalik guling putih dan guling coklat ini?

Anak charity punya beberapa bantal, banyak yang memberikan bantal sebagai hadiah penyambutan kelahirannya dan akibatnya ya dia punya beberapa bantal yang sering dipakai, termasuk guling putih dan guling coklat hmmmm. Guling-guling ini hanyalah guling biasa-biasa saja, bukan guling ajaib. Tapi dengan keajaiban-NYA TUHAN bisa pake guling-guling ini untuk menunjukkan dan menceritakan sesuatu buat aku. Apa sih ceritanya?

Kemarin malam anak charity tidur lebih awal dari biasanya, susu dibotolnya pun belum juga habis tapi dia sudah lelap dalam tidurnya. Aku meletakkan dia ke tempat tidur, namun ternyata dia belum bener2 tidur sehingga dia nangis dan aku gendong dia lagi. Sambil memberikan susu yang belum habis tadi dengan harapan tentu saja dia akan langsung tidur lagi. Dan memang itulah yang terjadi. Setelah beberapa saat dia terlelap dan setelah aku yakin bener2 bahwa dia sudah lelap, aku ingin memindahkan charity ke tempat tidur, di sisi kiri ku. Sambil gendong charity, sambil nyiapin tempat dia berbaring, aku ‘berpikir’ aku butuh guling putih-nya karena ukurannya cukup besar sehingga ‘menurutku’ itu pas banget buat charity. Tapi guling putih itu adanya di stroler yang agak jauh dari tempat tidur. Itu berarti aku harus turun dari tempat tidur sambil gendong charity, ngambil guling putih dan naik lagi ke tempat tidur dan aku yakin kalau charity pasti bangun dan kayaknya bukan pilihan yang tepat deh....tapi bagaimana caranya? Dan aku pun menggunakan senjata pamungkas, senjata andalan sebagai ‘orang percaya’, aku doa dan minta TUHAN menggerakkan john untuk masuk ke kamar sehingga john bisa ngambil guling putih untukku. Sekali doa, john mondar-mandir depan kamar tapi tidak masuk...charity begitu sensitif jika baru lelap gitu sehingga aku tidak bisa teriak manggil john. Sekali doa nggak mempan, aku minta lagi “TUHAN, buat john masuk kamar”...eh nggak juga. Aku minta lagi dan minta...tangan ku mulai pegel dan kasihan melihat posisi tubuh charity yang ‘kayaknya’ nggak nyaman gitu. Akhirnya aku nyerah dan mengambil guling coklat yang ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan guling putih itu. Aku mengatur sedemikian rupa sehingga charity bisa menggunakan guling coklat itu untuk tidur...hasilnya dia lelap sedemikian rupa dan bangun jam 5 tadi pagi. Thank GOD!!
itu doang ceritanya? maksudnya?....hhmmmmm sabar buuu...ada sesuatu yang luar biasa yang TUHAN tunjukkan lewat guling putih dan coklat itu.

Aku sering banget minta ‘guling putih’ sama TUHAN. Ya guling putih bisa kita artikan sebagai sesuatu yang kita inginkan. Dan sama seperti semua orang percaya di muka bumi ini, aku kerap kali meminta banyak sekali guling putih kepada TUHAN. Dan sama seperti aku ‘berpikir’ bahwa guling putih adalah guling yang tepat untuk charity gunakan, demikian juga dengan ‘guling putih’ yang aku kerap sampaikan kepada TUHAN. Sering aku minta guling putih sama TUHAN dan berpikir TUHAN itu sesuatu yang baik lagi, itu akan berguna buat aku lagi, itu akan membuat aku bisa menyenangkan orang lain, dan banyak alasan yang ‘baik’ menurutku. Aku minta satu pekerjaan dan berpikir itu sangat baik, aku minta pasangan hidup yang menurutku itu yang paling baik dan paling cocok denganku, dan aku minta banyak lagi yang menurut ku itu semua baik adanya. Tapi apa yang kemudian TUHAN beri? Guling coklat!! Guling yang menurutku ini tidak akan pas, ini tidak akan cocok tapi justru itu yang TUHAN berikan. Dan bahkan aku sering tidak menyadari bahwa sudah ada guling coklat di dekat ku, dan aku terus memandang guling putih tadi...padahal guling putih cocok menurutku sedangkan guling coklat adalah cocok pada pandangan TUHAN.

Wah jadi berat nih ceritanya hmmmmm but this is true....

Jadi salah dong kalo gue minta guling putih? Ooohhhh tentu saja tidak...why? ini dia jawabnya;

Sehari sebelum cerita yang di atas itu, aku mengalami hal yang hampir mirip. Malam itu juga aku sedang memberikan susu ke charity dan dia sudah mulai lelap tapi masih terus nyedot susu dari botolnya. Otomatis aku tidak mau mengubah posisi tubuhku, takut membuat dia bangun. Tiba-tiba jendela kamarku terbuka, bukan karena ada apa-apa tapi emang jendela itu sulit ditutup heheheheee. Jendela ke buka? Bisa kebayang dong, apa aja yang bisa nyelonong ke kamar....nyamuk!! pengennya sih jendelanya langsung ditutup lagi, tapi kasian banget si charity karena aku harus bangun dari tempat tidur untuk tutup jendela itu. Akhirnya aku pake senjata pamungkas yaitu ‘doa’, aku minta TUHAN gerakkan hati mama supaya mama masuk ke kamarku (malam itu Cuma ada aku dan mama di rumah). Eh manjur banget doa waktu itu, nggak sampe lima menit kemudian mama masuk kamar...dan happy ending deh jendelanya ketutup dengan baik, charity nggak terganggu, aku nggak khawatir nyamuk gigitin charity, mama ku seneng udah bantu aku dan yang pasti I say thank you LORD dan pasti TUHAN senyum deh waktu itu...happy ending khan.... jadi boleh dong minta guling putih? Boleeeeeh banget, kenapa enggak?!

Aku percaya bahwa TUHAN tuh on air 24 jam sehari 7 hari seminggu, dan DIA siap mendengarkan semua permintaan kita, mau guling putih kek, guling merah, guling kuning sampe kambing guling sekalipun DIA siap mendengarkan semua yang kita minta tapi itu tidak berarti DIA juga akan selalu memberikan apa yang kita minta...no..no..no bukan seperti itu cara kerja TUHAN. Sekalipun apa yang kita minta menurut kita baik. Minta pacar bule? Nggak salah sih tapi apa emang pacar yang TUHAN sediakan buat kita bule ato utu ato keke? Minta suami bule? Nggak salah juga, tapi apa iya emang TUHAN kasi suami bule buat kita ato justru TUHAN kasi-nya uti atau ungke. Minta jemaat kita tambah banyak? Ini kan rohani banget masak sih TUHAN nggak kasih? Ehh bisa aja lagi nggak diijinin sama TUHAN...kok bisa? Ya iya lah bisa aja lagi...kenapa karena mungkin kalo pelayanan lu jemaatnya tambah banyak, entar lu jadi sombong lagi dan memegahkan diri sendiri nah lho...dari pada entar lu murtad mending TUHAN nggak kasih jemaat banyak buat pelayanan lu sampe lu bener2 siap. Minta rumah? Oh boleh dong kan TUHAN dah janji memenuhi semua yang kita perlukan termasuk tempat tinggal tapi bisa nggak TUHAN nggak kasi...bisa aja nggak dikasi TUHAN, ntar rumah lu jadi berhala lagi. Gitu tuh cara kerja TUHAN, karena TUHAN itu merancangkan yang baik bagi kita, menurut ukuran DIA dong bukan ukuran kita. TUHAN tuh sudah tau masa depan kita seperti apa, kan DIA yang merancang nya...jadi TUHAN tuh tau persisi kapan memberi apa yang kita minta dan TUHAN tau persisi mana yang bisa diberikan dan mana yang tidak bisa diberikan. Jadi kalo hari ini apa yang kamu minta sama TUHAN dan belum diberi juga, mungkin emang itu bukan bagian kamu, itu bukan untuk kamu dan jangan kepahitan sama TUHAN dan jangan ngiri sama orang lain yang diberikan TUHAN apa yang kamu minta hah?! Maksudnya? Iya maksudnya kalo lu minta pacar bule dan sampe sekarang belum dikasi jangan ngiri sama temen lu yang sudah punya pacar bule...gitu lho...trus buat lu yang udah bertahun-tahun minta mobil sama TUHAN dan belum dapet2, juga berlaku hal yang sama, jangan marah sama TUHAN, bukannya TUHAN pelit dan nggak mampu tapi mungkin begitu dikasi mobil lu kerjaannya ngelayap mulu’ dan lupa ke ibadah bahkan ke gereja justru nggak sempat kalo sempet pun sering telat J ato begitu punya mobil ternyata gaji lu belum cukup membiayai operasional mobil lu itu hinggak akhirnya lu punya hutang banyak ato yang lebih parah lagi mungkin lu belum dikasi mobil soalnya lu belum bisa nyetir hahahaha ntar kalo dikasi mobil bisa tragis akibatnya iya nggak?! Iya kalo lu sendiri yang nanggung akibatnya tapi kalo lu bawa2 orang lain nanggung akibatnya kan repot....pokoknya percaya aja deh TUHAN kita itu sangat baik, jangan kan rumah, mobil, pekerjaan, jabatan, pacar bule, dan semuanya yang kita minta bahkan DIA rela memberikan anak-NYA dibunuh, disalibkan buat kita...jadi DIA itu maha baik, jangan pernah marah dan kecewa sama TUHAN kalo belum dikasi apa-apa dan siapa-siapa yang kita minta tapi percaya lah DIA sudah memberikan yang terbaik....buat diri kita peka aja deh, dari pada terus nyodok TUHAN minta guling putih, mending lihat sekeliling mu, lihat samping kiri, kananmu, depan belakang mu pasti kau akan temukan guling coklat di sana....

Terpujilah TUHAN, BAPA yang dahsayat dan ajaib, BAPA yang sangat humoris, BAPA yang sangat penyayang, BAPA yang sangat peduli dan BAPA yang bisa marah juga, BAPA yang kadang-kadang harus ditensi juga tuh darah-NYA...maaf BAPA, tapi bener kan kadang BAPA bener-bener marah sama kelakuan anak-anak NYA yang bandel banget, keras kepala banget, yang sok tahu banget wah yang kebangetan banget deh pokonya...tapi juga BAPA yang sangat pemaaf...ENGKAU DAHSYAT, tidak ada BAPA yang seperti ENGKAU, BAPA YAHWEH yang kami sembah dan puji dan tinggikan di dalam anak MU YESUS KRISTUS, terpujilah ENGKAU kekal, sekarang sampai selama-lamanya.....amiiinnnn