Friday, November 28, 2008

i will survive!!

Ternyata menjadi ibu rumah tangga itu tidak semudah yang kubayangkan....bukan kerjaannya, bukan kelelahannya, bukan apapun yang berkaitan dengan apa yang harus dikerjakan sebagai ibu rumah tangga tapi apa yang harus ‘dirasakan’ olehku sebagai ibu rumah tangga....here’s the story

Ketika dinyatakan positif hamil, aku memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak kerjaku mengingat medannya yang ‘sangar but beautiful’ hahahaa Raja Ampat gitu lho dan memilih menjadi ‘ibu rumah tangga yang profesional’....profesional menghabiskan gaji suami...hahaaaa. Awalnya aku sangat menikmati-nya karena selain bawaan ngidam yang nggak bisa bangun pagi dan segala macam keanehan ngidam, aku menikmati karena aku bisa tidur kapan pun aku mau hmmmmm dan bisa nonton kapanpun aku mau, bisa baca buku seharian penuh malah bisa shooping all day, karena nggak harus ngantor.

Dan begitu kehamilan masuk usia 16 minggu (4 bulan), ngidamnya dah selesai dan sepertinya toleransi orang-orang disekitarku mulai ‘berkurang’ maka masuklah aku di zona yang ‘kurang nyaman’ maksudnya?!....setiap kali ketemu sama teman atau saudara, entah teman lama atau teman baru, entah saudara lama atau ‘saudara baru’ (maksudnya saudara suami yang baru aja jadi saudara ku juga), maka pertanyaan mereka adalah “udah berapa bulan kandungannya?” dan setelah itu pasti dilanjutkan dengan pertanyaan “sekarang kerja dimana?”....nah ini dia pertanyaan yang sulit dijawab...biasanya secara bercanda aku akan jawab “ibu rumah tangga yang profesional”...dan biasanya orang-orang itu akan menatap dengan heran dan aneh akan jawaban ku....mungkin karena ‘pekerjaan sebagai ibu rumah tangga’ tidak populer lagi jaman ini...jaman facebook dan friendster juga blog menjadi mainan anak sd...bahkan bagi mamaku sendiri rasanya status sebagai ibu rumah tangga tuh aneh banget, mengingat beliau mengabdi sebagai civil servant more than 30 years....wow!!

Keadaan dan situasi ini membuat aku ‘naik-turun’ tekadnya untuk menjadi ibu rumah tangga....

Pikirku...apakah sebagai ibu rumah tangga aku masih bisa diterima di lingkungan teman-teman yang punya karir entah di kantor, entah di bisnis? Apakah aku masih akan di ajak hang out bareng? Ataukah aku harus hang out dengan sesama ibu rumah tangga aja? Atau haruskah aku hanya ‘bergaul’ dengan ibu-ibu sekitar rumah ku yang sebagian besar emang ibu rumah tangga dan ibu-ibu yang sudah pensiun?

Dan ternyata keadaan tidak berubah ketika anak-ku sudah lahir...kalo jalan di mall terus ketemu temen yang sama-sama punya anak, pasti yang ditanya itu lagi dan itu lagi...masih kerja di tempat a? Atau masih di tempat b? Dan seperti kemarin-kemarin aku menjawab dengan enteng ‘ibu rumah tangga yang profesional’ dan seperti biasa reaksinya adalah “oh ya?”, “oh io” dan akan dilanjutkan dengan “kok nggak kerja lagi?” atau “kiapa so brenti kerja dang?”...nah lho!! Malah ada temenku yang surprise banget karena aku jadi ibu rumah tangga, belum lagi comment temenku yang satunya wah pasti suami mu repot nehh udah ketambahan mulut yang harus dikasi makan...OMG!! dan salah satu temen yang cukup deket (sambil bercanda tentu saja) bilang gini “gw kagak bisa ngebayangin kayak lu, kagak ngapa-ngapain, di rumah doang”, dan ada banyak lagi komentar-komentar yang kadang ‘menohok’ hati, dan itu tadi menggoyahkan tekad-ku untuk menjadi ibu rumah tangga...bahkan di lingkungan gereja pun terjadi demikian...mungkin itu udah jadi basa-basi ya? Itu tuh pertanyaan “kerja di mana?”. Pasti setiap kita ketemu dengan orang baru kita akan ditanya “kita kerja dimana”, “apa pekerjaan mu?” atau dengan teman yang udah lama nggak ketemu ama kita. Dan “ibu rumah tangga” bukanlah jawaban yang diharapkan....(saya kira)...saya jadi khawatir nih...apakah entar TUHAN juga bakalan nanya gitu ketika aku dipanggil pulang...”kamu kerja di mana anak-KU?”

Sebagai seorang yang punya profesi sebagai ibu rumah tangga, ada beberapa ‘pengalaman’ yang mengharu-birukan perasaanku....misalnya ketika ngurus asuransi buat anak charity, dan aku memasukkan data sebagai pembayar presmi, temenku yang ngurus bingung di kolom pekerjaan harus dimasukkin apa ya? Aku bercanda “ya udah tulis aja ibu rumah tangga” temenku bengong dengan jawabanku...aku tahu lah pasti orang nggak percaya kan kalo ibu rumah tangga bisa bayar premi asuransi...hmmmm mereka tuh lupa kalo aku ini ibu rumah tangga yang profesional...profesional menghabiskan gaji suami....jadi aku pasti punya ‘dana’ setiap bulan. Jangankan ngurus asuransi, sign-up di friendster ama facebook aja kadang aku bingung lengkapin datanya...apalagi di bagian company dan lain-lain di profil..makanya temen-temen yang udah pernah jalan-jalan ke fs dan fb ku kagak akan nemu yang namanya jenis pekerjaan dan perusahan tempat bekerja di profilku....bahkan aku ingat satu lagi kejadian ‘lucu’ ketika kehamilan ku udah cukup besar, ditanya lah sama dokter aku mau cuti nggak? Aku bilang wah aku udah jadi ibu rumah tangga nih dok...dan akhir cerita si dokter menyarankan supaya aku melahirkan aja di ‘rumah sakit pemerintah’ dengan menggunakan askes hahahaaa...aku dan suami cuman saling pandang dan senyum...mungkin dokternya nggak percaya kalo kita tuh bisa mbayar biaya rumah sakit swasta untuk bersalin nanti...mengingat cuman suami yang bekerja...hmmmmm.....

Pertanyaannya sekarang...apakah salah menjadi ibu rumah tangga yang profesional? Haruskah seorang perempuan itu harus ‘ber-anak’ dan sekaligus ‘ber-karir’? Salahkah kalau seorang perempuan hanya memilih ‘ber-anak’ saja tanpa berkarir? Kalau pilihan ber-karir aja bagi seorang perempuan di jaman ini malah sangat populer tapi ‘ber-anak’ saja tidak populer sama sekali...biasanya ber-anak dan ber-karir itu yang menjadi populer....dan yang pasti profesi sebagai ibu rumah tangga tidak akan dipilih oleh anak-anak sekolahan...ya kalau ditanya...apa cita-cita mu?...tentu saja tidak ada yang akan menjawab “ibu rumah tangga....”

Apapun tanggapan dunia tentang menjadi ibu rumah tangga, yang jelas hari ini i’m very proud to be me...menjadi ibu rumah tangga...karena ternyata pilihan ini tidak semudah dan serendah yang aku bayangkan...sekali lagi bukan karena capek dan lelah-nya tapi ‘rasanya’ yang membuat ini menjadi pilihan yang sangat-sangat menantang.... I’m very proud...to be housewife.
And I’m sure that I will survive...

I will survive yeah
As long as I know how to love I know I'll be alive
I've got all my life to live
I've got all my love to give
I will survive
I will survive
Yeah, yeah.............katanya si ‘cake’

there are many things around us are too small to ignore

buat-mu dan buat-ku*

Yuwono: KPK adalah jawaban TUHAN atas doa umat-NYA
(Harian Komentar selasa, 25 November 2008 dari halaman Mimbar-hal 6)

Manado, Komentar
Atas kondisi seperti ini maka gereja-gereja dan persekutuan-persekutuan doa memiliki beban untuk mendoakan supaya terjadi pemulihan atau transformasi. Dimana menurut Gembala Gereja Injil Sepenuh Indonesia (GISI), Pdt.Abraham Yuwono STh, TUHAN telah menjawab salah satu doa-doa umat-NYA yaitu kehadiran KPK.
“Firman TUHAN tidak pernah salah dan pasti terjadi. Dimana koruptor akan mengalami rumah tangga yang kacau, kehilangan kekayaan pada pertengahan usianya” tandasnya.
Dalam persoalan ini, Pdt.Abraham mengutip firman TUHAN dalam Amsal 30:7-9 yang berkata ‘dua hal aku mohon kepada-MU,jangan itu kau tolak sebelum aku mati, yakni jauhkanlah dari padaku kekurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya kalau aku kenyang aku tidak menyangkal-MU dan berkata ‘siapa TUHAN itu?’ atau kalau aku miskin, aku mencuri dan mencemarkan nama ALLAH ku.


Membaca salah satu bagian koran ini, aku jadi ingat ‘ritual’ yang selalu dilakukan di gereja. Sejak aku kecil dan mulai ngerti tentang kegiatan ke ‘gereja’ (orang manado bilang ‘mulai jo dari kita pe tau manusia’) setiap kali ibadah hari minggu di gereja, setelah penyampaian khotbah oleh pendeta dan kemudian persembahan, pasti akan dilanjutkan dengan doa syafaat (yang bagi saya yang masih kecil itu adalah saat yang palig ‘menantang’ karena sangking panjangnya doa aku bisa dua kali mimpi alias dua kali tidur sepanjang doa ). Di doa syafaat ini pasti akan pendeta dan jemaat akan mendoakan bangsa dan negara termasuk para pemimpin mulai dari presiden sampe pala (kepala lingkungan).

Hubungannya dengan artikel di atas? Mungkinkah doa ini yang dimaksudkan oleh Pdt.Abraham? yaitu ketika jemaat berdoa untuk memberikan hikmat buat para pemimpin bangsa, propinsi, kota, kabupaten bahkan sampai ke lingkungan (RT/RW)? Ataukah doa yang terdapat dalam doa ‘BAPA Kami yaitu ‘jauhkanlah kami dari pada yang jahat’? (biasanya doa syafaat ditutup dengan doa BAPA kami yang diucapkan bersama-sama oleh pendeta dan jemaat). Hmmmm....entahlah

Entahlah apa yang melatar belakangi sang wartawan memuat artikel ini di koran, dan entah apa yang membuat sampai Pdt.Abraham menyimpulkan bahwa kedatangan KPK ada salah satu bentuk dari jawaban TUHAN atas doa umat-NYA...tapi sebagai seorang masyarakat awam aku mengambil kesimpulan mungkin artikel ini dimuat karena beberapa minggu belakangan ini begitu seringnya KPK lalu lalang di manado dan kemudian terjadilah ‘peristiwa’ yang cukup meng-‘kaget’-kan warga manado yaitu pak walikota kita pun akhirnya di-hotel-pordeo-kan oleh KPK. (kaget karena bener-bener kaget, kok bisa pak walikota kita yang udah bisa membuat wajah manado agak ‘berubah’ dan mengembalikan adipura ke manado...yaa kalau bisa dikata walikota kita punya banyak prestasi gitu lho...kok bisa di-pordeo-kan...atau mungkin ada yang kaget karena kok begitu cepat sih terkuak ‘udang-nya’...kan ada pepatah ada udang di balik batu...).

Di beberapa pertemuan mulai dari ibadah dan sampai hang-out bareng di rumah kopi, bahkan yang nongkron-nongkrong di ‘leput’ pun, masih begitu hangat berita ini dibicarakan sampai hari ini. Berbagai spekulasi dan perkiraan pun dilontarkan oleh banyak orang entah yang ngerti atau yang tidak ngerti sama sekali duduk perkaranya, yang ngasih komentar cuman supaya kelihatan nggak bloon aja melontarkan berbagai ‘analisa’ atas ter-pordeo-kan-nya bapak walikota kita.

Sebagai bagian dari orang yang kagak ngerti sama sekali duduk perkaranya, yang hanya membaca dari koran atau mendengarkan obrolan temen-temen yang kelihatannya ‘ngerti’, jadi agak-agak pengen ngambil bagian di eforia ini tentu saja dari sudut pandang orang nggak ngerti duduk perkaranya...(kayaknya gw jadi oon sendiri deh...rasanya gw doank yang kagak tahu duduk perkaranya...hahahaaa kasian deh..).

Lepas dari ngerti tidak-nya atau bloon nggak-nya, aku jadi ingat saat sebelum pemilihan walikota dan wakil walikota...kalau tidak salah ingat waktu pemilihan aku menjadi satu dari sekian banyak orang yang tidak memilih satu pun dari beberapa calon walikota dan wakilnya...hehehee (aku kebagian jaga rumah soalnya). Bukannya nggak mau menggunakan hak pilih ku tapi rasanya dalam hal-hal begini ini aku belum cukup dewasa untuk menerima kekalahan dari orang yang aku pilih, nah daripada entar aku demo, bakar-bakar ban bekas dijalanan, tambah ‘mumetin’ pikirannya anggota dewan dan banyak orang, nambah kerjaan pak polisi dan ibu polisi (polwan maksudnya), hanya karena orang yang aku pilih nggak jadi walikota mendingan gw kagak milih siapa-siapa deh!. Nah jadinya aku hanyalah simpatisan semua calon hahahaaa karena semua calon kelihatannya visi dan misi-nya oke banget tuh. Buat ku saat itu yang penting manado maju who-ever-lah yang jadi walikota asal jangan gw aja yang kepilih hahaha..

Saat-saat itu aku ingat, beberapa temen-ku melemparkan berbagai spekulasi terhadap calon-calon walikota dan wakilnya. Pastinya masing-masing mendukung calonnya masing-masing. Ada seorang teman yang sangking fanatiknya terhadap salah satu calon walikota ngomong gini...’kalo sampe imba yang jadi walikota abis manado!’...hahahaaa sebagai orang yang tidak memihak sama sekali aku tertawa aja mendengar yang mereka omongkan dan hari-hari itu pasti berakhir dengan adu argumen yang tidak ada habisnya karena masing-masing tidak mau calon yang didukungnya di –diskredit-kan.
Aku ingat benar malam sebelum pemilihan walikota itu, banyak rumor beredar bahwa ada serangan fajar... kayak yang lagi perang aja...katanya ada warga yang menerima kiriman sembako plus uang tunai saat fajar menjelang alias subuh-subuh...dan masih dengan teman-teman yang sama dan pasti dengan adu argumen dan spekulasi yang ‘menggelikkan’ bagiku, malam itu aku hanya berkomentar pendek ‘siapapun yang terpilih besok, itulah pemimpin yang sudah TUHAN kirimkan buat kota manado’. Bagiku saat itu, siapapun yang terpilih jadi walikota, TUHAN punya rencana yang ‘luar biasa’ buat kota manado.

Dan hasilnya, seperti yang beberapa teman ‘khawatirkan’ yaitu terpilih-lah bapak walikota kita yang sekarang ini lagi nginap di hotel pordeo. Dan sudah pasti wajah mereka ‘sendu’ (orang manado bilang, rupa da gantong akang blanga-brot skali tu muka). Dan sekali lagi aku hanya tersenyum dan berkata “beliau sudah terpilih, so give him time to proved that he is qualified”.

Seiring berjalannya waktu, banyak hal ‘beda’ yang sudah dibuat oleh pak walikota kita. Wajah manado jadi agak berubah, wajah pasar 45 (bendar) jadi lebih cerah...(jadi kuning samua hahahaaaaa), kaki lima (yang sebagian besar orang gorontalo) terpaksa harus kembali ke tempat asalnya (tinggal pak fadel nih yang bingung ngurusin mereka), sepertinya ‘kota tua’ manado muncul kembali (tu dulu dorang ja bilang soping dang), adipura kembali ke manado, dan saya yakin ada banyak orang yang berubah nasibnya setelah pak walikota ini terpilih (banyak yang jadi pejabat tiba-tiba bukang...) aku angkat dua jempol buat pak walikota untuk semua yang sudah dilakukan untuk manado, walaupun hari ini pak walikota masih di hotel pordeo dengan dugaan kasus korupsi, aku tetap angkat jempol buat pak walikota kita (jangan hanya mau enak-nya dong yang nggak enak-nya juga harus diterima gitu lho).

Seharusnya banyak pihak (orang) yang harus berterima kasih kepada pak walikota kita, karena beliau sudah ‘bersedia’ menjadi contoh...apalagi yang hari-hari ini sedang mencalonkan diri menjadi anggota dewan dari kota sampai ke pusat...menjadi contoh bahwa ketika kekuasaan ada ditangan kita, kita harus menggunakan-nya dengan tepat! In the right time and the right place and to the right people(‘person’). Kadang kekuasaan membuat kita lupa diri dan melupakan ‘aturan main’, melupakan ‘batasan-batasan’, melupakan ‘norma-norma’, melupakan hukum alam, bahkan terkadang melupakan hukum TUHAN.

Sebagai orang yang nantinya akan ‘memiliki kekuasaan’, ada hal yang harus diingat dan harus ditanamkan dalam hati dan pikiran (kalo boleh tulis di testa!!) bahwa, kekuasaan bukan punya-mu atau punya-ku tapi kekuasaan punya TUHAN. DIA berkuasa membuat-mu dan membuat-ku menjadi perpanjangan tangannya ngurusin kota ini, bangsa ini dan negara ini. Jadi jangan ge-er dan lupa diri dengan kekuasaan karena itu hanya pinjaman dari TUHAN dan itu bentuk kepercayaan dari-NYA kepada-mu dan kepada-ku. Hanya tergantung respon kita terhadap kepercayaan-NYA-lah yang akan menentukan seberapa lama kekuasaan itu dipinjamkan kepada-mu dan kepada-ku. Kalau aku dan kamu bisa mem-per-tanggung-jawabkan-nya, maka tentunya akan panjanglah waktu-mu dan waktu-ku tapi jika aku dan kamu tidak bisa me-manage kekuasaan itu maka, kekuasaan itu akan diambil dari-ku dan dari-mu untuk kemudian dipinjamkan kepada orang yang mungkin akan lebih dipercaya oleh-NYA.

Dua hal aku mohon kepada-MU,jangan itu KAU tolak sebelum aku mati, yakni jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya kalau aku kenyang aku tidak menyangkal-MU dan berkata ‘siapa TUHAN itu?’ atau kalau aku miskin, aku mencuri dan mencemarkan nama ALLAH ku
(AMSAL 30 : 7-9)

Two things have I required of thee; deny me them not before I die: Remove far from me vanity and lies: give me neither poverty nor riches; feed me with food convenient for me: Lest I be full, and deny thee, and say, Who is the LORD? Or lest I be poor, and steal, and take the name of my GOD in vain.
(Proverbs 30: 7-9 ) King James version

*Tulisan ini aku dedikasikan buat para calon legislatif,dari tingkat kecamatan, kabupaten/kota,dan propinsi yang akan ‘bersaing dan bersanding’ dalam pemilihan tahun depan (kalau tidak ada perubahan akibat krisis global..)...terutama bagi mereka yang juga menambah embel-embel ‘gelar’ Pnt. (baca penatua) di depan nama mereka....kamu dan aku bisa mencemarkan nama ALLAH-mu dan ALLAH-ku jika mencuri!!

there are many things around us are too small to ignore