Tuesday, December 30, 2008

lia eden vs nabi Yeremia

Lia Eden vs Nabi Yeremia

Penghujung tahun 2008 kembali dihiasi dengan di-bui-kan lagi Lia Eden yang dianggap menistakan agama karena ‘dia’ dan pengikutnya ‘memberanikan’ diri menyebarkan ‘wahyu Tuhan’ yang ‘mereka’ terima. Malah dengan amat sangat berani juga memberikan wahyu untuk pemimpin negara ini bahkan pun dengan lantang menyatakan ‘wahyu Tuhan’ untuk membubarkan semua agama....yang kedengarannya dan kelihatannya begitu ‘aneh’ dan amat sangat tidak wajar di negara yang ber-ke-Tuhan-an yang maha esa ini. Berbagai komentar pun terlontar baik untuk Lia Eden maupun pihak kepolisian yang mem-bui-kan-nya. Yang pasti pro dan kontra selalu ada, baik kepada Lia Eden dan pengikutnya dan juga kepada pihak kepolisian yang sepertinya begitu kebakaran jenggot akibat ‘terlanjur’ beredarnya ‘wahyu Tuhan’ yang diterima umat kerajaan Edan. Bahkan pihak kepolisian kebagian jatah ‘wahyu Tuhan’ itu.

Ketika menyaksikan berita ini di media elektronik ataupun membaca di kedia cetak, hati kecilku agak ‘tergelitik’ oleh itu semua. Di satu sisi, hati ini tergelitik oleh ‘betapa kurang kerjaannya republik ini sehingga begitu punya banyak waktu mengurusi ‘urusan’ pribadi seseorang. Ya bagiku urusan seorang manusia dengan Tuhan-nya adalah urusan yang amat sangat pribadi dari manusia itu sendiri. Kalau manusia pribadi itu merasa bahwa dia mendapatkan wahyu bahkan merasa dia adalah re-inkarnasi nabi atau perwujudan nabi sekalipun, itulah hasil hubungan pribadinya dengan Tuhan-nya dan kita sebagai manusia pribadi lainnya tidak berhak untuk mengatakan itu salah, itu berdosa, itu menista agama, itu makar dan lain sebagainya...emangnya kita TUHAN yang bisa mengatakan suatu tindakan seseorang adalah dosa? Bukankah segala sesuatu-nya harus kita uji dulu kebenarannya? Bahkan bila seseorang yang ‘sudah’ melakukan tindakan korupsi milayaran bahkan trilyunan rupiah, yang sudah merugikan manusia lain sekalipun, pada awalnya kita harus tetap memegang ‘asas praduga tak bersalah’ dan nanti setelah lewat proses persidangan yang panjang baru-lah bisa kita putuskan bahwa dia emang bersalah dan patut mendapatkan hukuman. Apalagi seseorang yang dengan berani menyatakan dia mendapatkan wahyu Tuhan, bukankah kita tidak bisa dengan cepat beranggapan bahwa dia ‘gila’ atau dia berdosa atau dia butuh di-bui-kan atau dia butuh psikiater...apa landasannya kita mengatakan dia tidak benar...tidak ada hukum yang bisa menyatakan dia salah...hanya waktu yang akan bisa membuktikan dan menguji apakah memang dia benar atau dia gila....

Di sisi lain, sebagai manusia yang berotak, beragama dan ber-Tuhan amat sangat tergelitik semestinya dengan isi wahyu Tuhan yang didapatkan Lia Eden dan pengikutnya. Amat sangat tergelitik, karena sebagai orang yang ber-Tuhan dan ber-agama, ingin juga rasanya mendapatkan wahyu, artinya bener-bener bisa ketemu muka dengan muka dengan Tuhan atau at least mendengarkan suara Tuhan audible . Tapi setelah dipikir-pikir, aku menjadi amat sangat tergelitik karena membaca wahyu Tuhan-nya Lia Eden dan pengikutnya yang menyatakan akan terjadi hal-hal yang tidak ‘enak’ di negeri ini jikalau tidak melakukan ‘perubahan’.

Nah hal yang tidak enak inilah yang mungkin juga menggelitik hati sekian banyak orang di republik ini yang sudah membaca wahyu Tuhan-nya Lia Eden, yang kemudian dianggap meresahkan masyarakat, yang kemudian meresahkan bangsa dan kemudian menyatakan Lia Eden dan pengikutnya melakukan penistaan agama...coba kalo yang diwahyu-kan Tuhan-nya Lia Eden adalah hal yang baik misalnya oh tahun 2009 indonesia akan bebas korupsi, krisis global tidak akan mempengaruhi Indonesia atau pemilu 2009 akan dimenangkan SBY lagi, dan rakyat miskin berkurang, dan sebagainya hal yang baik-baik...aku yakin Lia Eden dan pengikutnya tidak akan di-bui-kan, malah kemungkinan besar umat kerajaan Eden akan bertambah jumlahnya dengan signifikan.

Ketika akhirnya berita tentang Lia Eden mulai sayup-sayup, aku yang sedang membaca kitab Yeremia dari perjanjian lama Alkitab terbitan LAI,aku kembali teringat dengan Lia Eden. DI kitab Yeremia ini, mencertiakan tentang firman TUHAN yang diterima oleh nabi Yeremia, yang harus disampaikan kepada umat Israel, umat pilihan ALLAH. ‘sayangnya’ apa yang difirmankan TUHAN kepada bangsa ini via nabi Yeremia adalah hal-hal yang buruk, yaitu mengenai kejatuhan bangsa Israel akibat dosa yang mereka lakukan. Nabi Yeremia harus menyampaikan kepada Raja yang memimpin di Yerusalem waktu itu bahwa Yerusalem akan dijatuhkan oleh Bangsa Babel dan semua orang Israel yang tinggal di sana akan di buang ke Babel dan mengalami penderitaan yang luar biasa. Kelaparan, dibantai, dibunuh , penyakit yang tidak akan sembuh dan kota yang diruntuhkan. Apa yang terjadi dengan nabi Yeremia? Dia dengan lantang menyatakan firman TUHAN itu...dan apa yang terjadi, Nabi Yeremia menjadi most wanted people di seantero dunia saat itu. Karena banyak sekali orang yang tidak percaya dengan apa yang dikatakannya bahkan berkali-kali dia luput dari pembunuhan namun akhirnya dia pun di-penjara-kan oleh raja dan pengikut-pengikutnya yang ‘kebakaran jenggot’ dnegan apa yang dikatakan nabi Yeremia. Sampai akhirnya semua yang dikatakan nabi Yeremia benar-benar terjadi. Semua yang buruk, semua yang begitu mendukakan yang dikatakan nabi Yeremia benar-benar terjadi, persis seperti apa yang dikatakan nabi Yeremia.

Bisakah kita membayangkan bagaimana perasaan orang-orang yang pernah menentang dan menolak nabi Yeremia, bahkan mereka yang memenjarakan dia ketika mereka mengalami apa yang dikatakan oleh nabi Yeremia...pasti mereka berpikir wah seandainya waktu bisa diputar ulang, aku mau percaya kepada nabi Yeremia...

Secara manusiawi, semua manusia tidak menginginkan keadaan atau kejadian yang buruk menimpa hidupnya...amat sangat kodrati rasanya...mana ada sih manusia yang pengen susah dan pengen sakit terus, yang pengen ditimpa musibah...nggak ada. Semua manusia ingin hidup aman, tentram dan nyaman...jadi ketika sesuatu mengusik kenyamanan mereka maka secara alami pula manusia akan berontak dan berusaha mempertahankan kenyamanannya. Rasanya memang demikianlah manusia itu adanya...pengennya yang enak aja kalo ada yang nggak enak kita pengen cepat-cepat membuangnya bahkan kadang berpikir aduh itu bukan bagian saya, yang untuk saya hanya yang enak aja.

Mungkin kenyamanan itulah yang di-usik oleh Lia Eden atau pun oleh nabi Yeremia, sehingga mereka mengalami nasib yang hampir sama. Aku tidak menyamakan nabi Yeremia dan Lia Eden, apa yang ingin aku ‘saksikan’ adalah kita tidak bisa mem-bui-kan segala sesuatu yang meng-usik ketidak-nyamanan kita. Apalagi kita tidak bisa dengan begitu saja menyatakan seseorang itu menista agama atau apalah namanya, karena kita perlu menguji kebenarannya. Tidak ada laboratorium yang bisa menguji dengan benar selain alam, selain dunia ini yang terus berputar, dan dengan berjalannya waktu barulah semua itu bisa terbukti ....biarkanlah manusia-manusia yang ber-Tuhan itu menyampaikan apa yang menurut mereka harus di-wahyu-kan kepada sesama-nya manusia, dengarlah, renungkanlah, jikalau hatimu tidak bisa menerimanya yah sudah let it go, jika hatimu ingin memikirkannya ya think about it, jika hatimu merasa resah forget it! Tapi jangan pernah mem-bui-kan-nya...karena...bagaimana jika yang dikatakannya adalah benar....apa yang akan kau lakukan??....engkau harus mempertanggung-jawabkan kepada Tuhan-mu dan Tuhan-ku dan Tuhan-nya Lia Eden bahkan engkau harus mempertanggung-jawabkan kepada sekian juta kepala yang ada di republik ini. kalau apa yang dikatakan-nya tidak benar, itu adalah tanggung jawabnya kepada Tuhan-nya, kepada Tuhan-ku dan kepada Tuhan-mu tapi bukan mempertanggung-jawabkan-nya kepada mu dan kepada ku. Bukankah manusia itu hanya berdosa kepada Tuhan-nya saja dan bukan kepada sesama manusia...?? manusia hanyalah debu tanah yang dibentuk oleh tangan yang kuasa dan diberi-Nya nafas kehidupan....jadi hanya kepada DIA-lah kita akan mempertanggung-jawab-kan segala sesuatunya......siapkanlah laporan pertanggung-jawaban-mu ......karena akan tiba waktunya kita masing-masing mempertanggung-jawabkan apa yang kita lakukan selama masa hidup kita di dunia ini.... Happy New year


there are many things around us are too small to ignore

Wednesday, December 10, 2008

Santa claus pake baju merah vs setan mata merah...

Christmas is coming...beberapa hari lagi natal tiba, lagu natal dah dimana-mana terdengar, harga mentega melambung tinggi, toko baju dan sepatu pada diskon dan macet dimana-mana...itulah gambaran suasana menjelang natal di manado...ada lagi yang menarik dengan suasana menjelang natal di manado...ada banyak santa claus (senterklass kata) beredar di jalan-jalan.

Anak-anak berlarian ketika ada santa clauss...berlarian menjauh...hmmm semestinya berlari mendekat iya nggak? Kan santa clauss identik dengan banyak hadiah tapi yang terjadi belakangan ini image santa clauss berubah total...santa clauss bukan menjadi sahabat anak-anak tapi menjadi momok bagi anak-anak, menjadi sesuatu yang menakutkan. Sehingga begitu mendengar mobil santa clauss anak-anak pada lari, meskipun mereka tetap penasaran. Mereka bergerombol diujung-ujung jalan menantikan sang santa clauss dan begitu mobil santa clauss mendekat maka mereka pun lari berama-ramai...

Beberapa waktu saya menyaksikan kunjungan santa clauss, dan sangat sedih menyaksikan anak yang menangis ketakutan atau yang tidak menangis tapi sangat ketakutan menyambut kedatangan santa clauss. Saya pernah merasakan ‘takut’ sehingga saya menjadi sagat terharu dan ingin mengusir santa clauss itu, karena saya tahu apa artinya takut. Herannya menyaksikan anak yang ketakutan santa clauss dan ‘antek-anteknya’ bukannya meredakan dan menghibur sang anak sebaliknya semakin menjadi-jadi menakut-nakuti sang anak... apalagi dengan antek-anteknya yang ber-asesoris menakutkan...bukan hanya menjadi pit hitam tapi kemudian menjadi ‘gorila’ yang menakutkan bahkan menjadi jadi-jadian ‘setan’ yang mengerikan...

Terkadang bukan hanya sedih, tapi saya kerap marah dengan para panitia yang menyelenggarakan santa clauss..apa sih tujuannya? Pun bukan hanya kepada panitia tapi kepada orang tua yang malah menertawakan anak-nya yang sudah sangat ketakutan ketika berhdapan dengan santa clauss...apa sih tujuannya orang tua mendaftarkan anaknya untuk dikunjungi santa clauss? Apakah hanya sekedar ikut trend (iko rame orang manado bilang) atau supaya tidak kalah dengan tetangga (masak anak tetangga di kunjungi 2 santa clauss dan anak cuman 1?) jadi akhirnya mendaftarkan anak-nya ke 5 panitia santa clauss dan dikunjungi oleh 5 santa clauss yang punya ‘antek-antek’ menakutkan itu...bisa-bisa anaknya vertigo tuh sangking menahan rasa takut yang mendalam....

Kalau santa clauss ada hanya untuk menakut-nakuti anak supaya anak mau jadi anak manis dan dengar-dengaran, rasanya itu bukanlah cara yang mendidik, malah sebaliknya bisa menimbulkan traumatis yang dalam di diri anak itu. Pernakah para panitia penyelenggara santa clauss memikirkan hal itu? Bahwa apa yang mereka lakukan bisa berdampak buruk terhadap seorang anak? (apalagi para penyelenggara panitia yang tidak jelas identitas organisasinya)

Kalau hanya untuk menakut-nakuti, apa bedanya santa clauss yang berbaju merah dengan setan mata merah?...bukankah banyak ibu-ibu dan bapak-bapak yang menakut-nakuti anaknya dengan...”napa dia setang mata merah”...”tidor capat, napa ada setang mata merah di luar”...dan seterusnya...atau apa bedanya santa clauss dengan om gode, om ba kumis, om polisi yang sering digunakan orang tua untuk menakut-nakuti anaknya?...”napa dia om gode nakal-nakal”...”jang makang ngana, napa tu om ba kumis so kamari”...”manangis ngana napa tu om polisi mo datang kong mo tangka pa ngana...” dan seterusnya.

Santa clauss, setang mata merah, om gode, om polisi, om ba kumis kadang menjadi jalan pintas orang tua untuk membuat anaknya ‘berubah’ menjadi seperti yang mereka inginkan... (mohon maaf pa om polisi, om gode, om ba kumis deng santa clauss)...mohon maaf atas kesalah-pahaman dan penggunaan yang tidak pada tempatnya tapi itulah realitas di manado...kota yang terkenal sangat ramah dan penuh kasih...marilah para panitia penyelenggara santa clauss (siapapun kalian), refleksikanlah kembali makna santa clauss menjelang natal ini dan demikian pun orang tua yang ingin mengundang santa clauss bertemu anak-nya...refleksikanlah kembali peran anda sebagai orang tua...kalau hanya untuk membuat anak bisa makan aja harus manggil santa clauss betapa tidak berwibawa-nya anda sebagai orang tua, kalau hanya untuk membuat anak tidur siang aja anda harus memanggil santa clauss, betapa tidak berakalnya anda sebagai orang tua (kok bisa sih kehabisan akal untuk menidurkan anak...), dan betapa bodohnya anda sebagai orang tua yang membesarkan anak anda dengan menakut-nakuti-nya sepanjang hidupnya...akan jadi apa generasi orang manado kalau penuh ketakutan....cintailah anak-anak mu dengan segenap hatimu...sayangilah mereka...kasiang katu natal yang semestinya jadi momen penuh damai dan sukacita jadi momen yang ‘menegangkan’ buat anak-anak...

Santa clauss is coming to town.....


there are many things around us are too small to ignore

WARISAN (suatu malam di bahu mall)

Suatu malam di bahu mall

Beberapa waktu yang lalu, aku lupa tepatnya kapan (yang pasti itu malam minggu), aku dan suami berlagak seperti anak muda yang lagi pacaran cieeee (dapa inga dulu-dulu kang..) jalan-jalan ke bahu mall tepatnya ke bagian belakangnya yang ternyata sudah menjadi tempat yang cukup nyaman untuk nongkrong...dan kayaknya cukup sopan tempatnya karena ada lampu jalannya dan kalau dipikir-pikir bisa menjadi salah satu objek wisata....wisata mancing gitu lho....

Malam itu lumayan ramai, ada gank cewek-cewek, cowok-cowok yang hang out, nongkrong murah banget, ada juga sih yang pacaran kayaknya baru jadian soalnya ‘merasa’ dunia milik mereka berdua aja yang lainnya nge-kos :) habis pacarannya mesra banget pas di bawah lampu jalan lagi hahahaaaa. Aku dan suami milih tempat duduk yg bisa lihat orang-orang yang lagi mancing dan mengomentari ‘kegiatan’ mereka. Selang tak lama kemudian ada segerombolan anak kecil mungkin ada 5 atau 6 anak, cowok semua yang umurnya sekitar 8-10 tahun. Ramai banget mereka ngobrol sambil jalan.

Ternyata anak-anak ini mengumpulkan botol atau kaleng bekas minuman dari orang-orang yang nongkrong. Termasuk kaleng minumanku. Jadi sehabis minum aku langsung memberikan ke mereka kaleng nya. Ada yang menarik dari anak-anak ini, (always there are some things that too small to ignore from the children around us). Mungkin karena capek mondar-mandir mengumpulkan kaleng dan botol bekas, mereka pun duduk di rerumputan yang kelihatannya cukup empuk di depan aku dan suami. Dan mereka pun mulai seru ngobrol. Aku yang awalnya tertarik dengan apa yang mereka lakukan (mengumpulna botol dan kaleng bekas), akhirnya menjadi tertarik untuk ‘menguping’ pembicaraan mereka.

Dan apa yang mereka omongkan itu cukup menarik. Mereka menceritakan tentang kegiatan mancing-memancing. Bagi beberapa orang yang hobby mancing, pantai di daerah bahu mall memang menjadi salah satu tempat pilihan untuk mancing, tempat parikir yang udah berhadapan dengan tempat mancing membuatnya menjadi tempat yang cukup aman untuk mancing, bahkan bisa markir motor pas di depan stick mancing hahahaaa...anak-anak menceritakan ‘cerita’ yang mereka tahu tentang kegiatan mancing yang dilakukan oleh orang-orang dewasa di sekitar mereka. Mulai dari yang mancing pake perahu, mancing dari tepian, sampe yang harus nyelam tanpa alat (ba jubi gitu lho). Terus dari si om a yang dapat nya ikan kecil sampe si om z yang dapat ikan kayak monster sangking gede-nya. Mereka begitu seru saling berbagi cerita dan tidak mau kalah satu dengan yang lain. Semua pengen ceritanya yang paling hebat.

Yang sangat menarik dari cara mengobrol mereka adalah, sangat sering makian terlontar dari mulut mereka. Hampir setiap memulai atau mengakhiri bahkan ditengah cerita mereka, mereka melontarkan makian demi makian. Awalnya aku kaget, kok pake acara maki memaki sih...tapi setelah beberapa lami aku ‘nguping’ aku jadi merasa lucu sekaligus trenyuh...karena kalo dilihat dari cara mereka ngomong mereka menggunakan kata makian hanya untuk penekanan saja...bukan maksudnnya memaki gitu... nah lho...iya setelah kuperhatikan mereka memasukkan kata-kata makian di antara cerita-cerita mereka itu tidak bermaksud untuk ‘me-maki’ tapi untuk memberi penekanan kepada cerita mereka supaya teman-teman yang lainnya terpengaruh dengan cerita mereka. Sangking lucunya aku sampe menghitung berapa kali mereka menggunakan kata makian, ketika mereka menceritakan sesuatu dan hasilnya menjadi tidak terhitung karena begitu seringnya mereka melontarkan makian...

Aku jadi teringat satu joke tentang orang manado. Katanya ada 2 ciri khas dari orang manado kalau ketemu (apalagi kalau sudah lama tidak ketemu atau ketemunya bukan di manado alias di perantauan). Ciri yang pertama adalah kalau orang manado ketemu biasanya akan langsung terdengar kata-kata makian khas manado...contoh nya kata ‘pemar’ heheehee dan ‘p’ yang lainnya. Terus ciri yang kedua adalah...pasti ada taruhan ketika orang manado bertemu....eits jangan marah dulu bukan berarti orang manado senang judi tapi suka taruhan aja...nggak percaya...kalau orang manado ketemu biasanya akan terdengar ungkapan...”ba taruh torang kalo dia mo datang”.....”ba taruh torang, dia pasti datang deng de pe laki”...atau “ ba taruh torang...untuk yang lain-lain...”

Dan pada kenyataannya, joke ini tidak selamanya benar tapi juga tidak selamanya salah...karena mungkin bagi orang-orang yang lahir da besar di manado yang kemudian merantau ke ‘tanah’ orang, makian mungkin menjadi salah satu sarana yang digunakan untuk melepas rindu akan kampung halaman atau menjadi kata atau ungkapan yang tidak bermakna makian lagi...jadi tidak menjadi sebagaimana makian layaknya digunakan dan bisa berarti bukan makian.

Ini jugalah yang mungkin terjadi dengan anak-anak tadi, mereka menggunakan kata makian bukan untuk memaki tapi hanya sebagai kata untuk menguatkan makna ceritanya. Dan tidak menggunakan kata makian itu sebagaimana fungsinya kata makian.
Tentu saja saya terkaget-kaget dengan gaya berbicara mereka. Karena bagi saya pribadi sangat lah ‘aneh’ untuk menggunakan kata makian ketika saya berbicara dengan orang lain. Dan mungkin bagi banyak orang juga hal itu tidak ‘biasanya’. Dalam berbagai ilmu ‘sopan-santun’ dan ‘etika’ dan ilmu ‘tata bahasa’ sekalipun, bahkan ajaran agama apapun di dunia ini, saya percaya tidak ‘mem-perkenan-kan’ penggunaan kata makian bahkan dalam keadaan marah sekalipun...(di sekolah minggu malah sering dibilang memaki adalah dosa...). Nah kalau demikian andanya...kok bisa sih anak-anak itu menggunakan kata makian dengan entengnya...meskipun tidak dengan maksud memaki...

Anak-anak adalah plagiat sejati, penjiplak murni, peniru ulung...sehingga saya menyimpulkan, mereka melakukannya karena mereka mencontoh orang-orang dewasa disekitar mereka. Mereka merasa itu bukan hal yang aneh...bukan hal yang salah kalau mereka menggunakan kata makian ketika mereka berkomunikasi...bahkan mungkin kemudian kata makian menjadi ciri khas ketika mereka ngomong... dan saya sangat yakin mereka melakukan itu karena tidak tahu arti kata makian itu dan mereka melakukan itu karena mereka melihat orang tua mereka, tetangga mereka, orang-orang dewasa di sesitar mereka melakukan hal yang sama....

Ini hanyalah satu contoh kecil, betapa kita orang yang mengaku sudah dewasa (karena usia), atau yang terpaksa menjadi dewasa (karena tuntutan zaman), atau yang kelihatan dewasa (karena lingkungan) atau yang sok dewasa (karena mode)...akan sangat mempengaruhi hidup anak-anak di sekitar kita. Apa yang kita lakukan bisa dicontoh oleh anak-anak di sekitar kita. Anak-anak adalah peniru ulung dan bukan pendengar yang baik. Artinya mereka tidak akan melakukan apa yang kita katakan tapi akan meniru apa yang kita lakukan...yang tidak mereka lihat sekalipun...apalagi yang mereka lihat langsung...hmmmm

So, kualitas generasi yang akan datang bisa menjadi cerminan kualitas generasi sebelumnya...sebagai generasi sebelumnya...apa yang akan kita wariskan buat mereka...duit? sekali krismon bisa habis tuh duit...dollar naik habis juga duit lu, saham anjlok ilang deh duit lu atau kita hanya akan mewariskan ‘kata makian’ yang pasti akan semakin sering digunakan ketika krisis datang....?

There are many things around us that too small to ignore but we already ignored them


there are many things around us are too small to ignore