Wednesday, December 10, 2008

WARISAN (suatu malam di bahu mall)

Suatu malam di bahu mall

Beberapa waktu yang lalu, aku lupa tepatnya kapan (yang pasti itu malam minggu), aku dan suami berlagak seperti anak muda yang lagi pacaran cieeee (dapa inga dulu-dulu kang..) jalan-jalan ke bahu mall tepatnya ke bagian belakangnya yang ternyata sudah menjadi tempat yang cukup nyaman untuk nongkrong...dan kayaknya cukup sopan tempatnya karena ada lampu jalannya dan kalau dipikir-pikir bisa menjadi salah satu objek wisata....wisata mancing gitu lho....

Malam itu lumayan ramai, ada gank cewek-cewek, cowok-cowok yang hang out, nongkrong murah banget, ada juga sih yang pacaran kayaknya baru jadian soalnya ‘merasa’ dunia milik mereka berdua aja yang lainnya nge-kos :) habis pacarannya mesra banget pas di bawah lampu jalan lagi hahahaaaa. Aku dan suami milih tempat duduk yg bisa lihat orang-orang yang lagi mancing dan mengomentari ‘kegiatan’ mereka. Selang tak lama kemudian ada segerombolan anak kecil mungkin ada 5 atau 6 anak, cowok semua yang umurnya sekitar 8-10 tahun. Ramai banget mereka ngobrol sambil jalan.

Ternyata anak-anak ini mengumpulkan botol atau kaleng bekas minuman dari orang-orang yang nongkrong. Termasuk kaleng minumanku. Jadi sehabis minum aku langsung memberikan ke mereka kaleng nya. Ada yang menarik dari anak-anak ini, (always there are some things that too small to ignore from the children around us). Mungkin karena capek mondar-mandir mengumpulkan kaleng dan botol bekas, mereka pun duduk di rerumputan yang kelihatannya cukup empuk di depan aku dan suami. Dan mereka pun mulai seru ngobrol. Aku yang awalnya tertarik dengan apa yang mereka lakukan (mengumpulna botol dan kaleng bekas), akhirnya menjadi tertarik untuk ‘menguping’ pembicaraan mereka.

Dan apa yang mereka omongkan itu cukup menarik. Mereka menceritakan tentang kegiatan mancing-memancing. Bagi beberapa orang yang hobby mancing, pantai di daerah bahu mall memang menjadi salah satu tempat pilihan untuk mancing, tempat parikir yang udah berhadapan dengan tempat mancing membuatnya menjadi tempat yang cukup aman untuk mancing, bahkan bisa markir motor pas di depan stick mancing hahahaaa...anak-anak menceritakan ‘cerita’ yang mereka tahu tentang kegiatan mancing yang dilakukan oleh orang-orang dewasa di sekitar mereka. Mulai dari yang mancing pake perahu, mancing dari tepian, sampe yang harus nyelam tanpa alat (ba jubi gitu lho). Terus dari si om a yang dapat nya ikan kecil sampe si om z yang dapat ikan kayak monster sangking gede-nya. Mereka begitu seru saling berbagi cerita dan tidak mau kalah satu dengan yang lain. Semua pengen ceritanya yang paling hebat.

Yang sangat menarik dari cara mengobrol mereka adalah, sangat sering makian terlontar dari mulut mereka. Hampir setiap memulai atau mengakhiri bahkan ditengah cerita mereka, mereka melontarkan makian demi makian. Awalnya aku kaget, kok pake acara maki memaki sih...tapi setelah beberapa lami aku ‘nguping’ aku jadi merasa lucu sekaligus trenyuh...karena kalo dilihat dari cara mereka ngomong mereka menggunakan kata makian hanya untuk penekanan saja...bukan maksudnnya memaki gitu... nah lho...iya setelah kuperhatikan mereka memasukkan kata-kata makian di antara cerita-cerita mereka itu tidak bermaksud untuk ‘me-maki’ tapi untuk memberi penekanan kepada cerita mereka supaya teman-teman yang lainnya terpengaruh dengan cerita mereka. Sangking lucunya aku sampe menghitung berapa kali mereka menggunakan kata makian, ketika mereka menceritakan sesuatu dan hasilnya menjadi tidak terhitung karena begitu seringnya mereka melontarkan makian...

Aku jadi teringat satu joke tentang orang manado. Katanya ada 2 ciri khas dari orang manado kalau ketemu (apalagi kalau sudah lama tidak ketemu atau ketemunya bukan di manado alias di perantauan). Ciri yang pertama adalah kalau orang manado ketemu biasanya akan langsung terdengar kata-kata makian khas manado...contoh nya kata ‘pemar’ heheehee dan ‘p’ yang lainnya. Terus ciri yang kedua adalah...pasti ada taruhan ketika orang manado bertemu....eits jangan marah dulu bukan berarti orang manado senang judi tapi suka taruhan aja...nggak percaya...kalau orang manado ketemu biasanya akan terdengar ungkapan...”ba taruh torang kalo dia mo datang”.....”ba taruh torang, dia pasti datang deng de pe laki”...atau “ ba taruh torang...untuk yang lain-lain...”

Dan pada kenyataannya, joke ini tidak selamanya benar tapi juga tidak selamanya salah...karena mungkin bagi orang-orang yang lahir da besar di manado yang kemudian merantau ke ‘tanah’ orang, makian mungkin menjadi salah satu sarana yang digunakan untuk melepas rindu akan kampung halaman atau menjadi kata atau ungkapan yang tidak bermakna makian lagi...jadi tidak menjadi sebagaimana makian layaknya digunakan dan bisa berarti bukan makian.

Ini jugalah yang mungkin terjadi dengan anak-anak tadi, mereka menggunakan kata makian bukan untuk memaki tapi hanya sebagai kata untuk menguatkan makna ceritanya. Dan tidak menggunakan kata makian itu sebagaimana fungsinya kata makian.
Tentu saja saya terkaget-kaget dengan gaya berbicara mereka. Karena bagi saya pribadi sangat lah ‘aneh’ untuk menggunakan kata makian ketika saya berbicara dengan orang lain. Dan mungkin bagi banyak orang juga hal itu tidak ‘biasanya’. Dalam berbagai ilmu ‘sopan-santun’ dan ‘etika’ dan ilmu ‘tata bahasa’ sekalipun, bahkan ajaran agama apapun di dunia ini, saya percaya tidak ‘mem-perkenan-kan’ penggunaan kata makian bahkan dalam keadaan marah sekalipun...(di sekolah minggu malah sering dibilang memaki adalah dosa...). Nah kalau demikian andanya...kok bisa sih anak-anak itu menggunakan kata makian dengan entengnya...meskipun tidak dengan maksud memaki...

Anak-anak adalah plagiat sejati, penjiplak murni, peniru ulung...sehingga saya menyimpulkan, mereka melakukannya karena mereka mencontoh orang-orang dewasa disekitar mereka. Mereka merasa itu bukan hal yang aneh...bukan hal yang salah kalau mereka menggunakan kata makian ketika mereka berkomunikasi...bahkan mungkin kemudian kata makian menjadi ciri khas ketika mereka ngomong... dan saya sangat yakin mereka melakukan itu karena tidak tahu arti kata makian itu dan mereka melakukan itu karena mereka melihat orang tua mereka, tetangga mereka, orang-orang dewasa di sesitar mereka melakukan hal yang sama....

Ini hanyalah satu contoh kecil, betapa kita orang yang mengaku sudah dewasa (karena usia), atau yang terpaksa menjadi dewasa (karena tuntutan zaman), atau yang kelihatan dewasa (karena lingkungan) atau yang sok dewasa (karena mode)...akan sangat mempengaruhi hidup anak-anak di sekitar kita. Apa yang kita lakukan bisa dicontoh oleh anak-anak di sekitar kita. Anak-anak adalah peniru ulung dan bukan pendengar yang baik. Artinya mereka tidak akan melakukan apa yang kita katakan tapi akan meniru apa yang kita lakukan...yang tidak mereka lihat sekalipun...apalagi yang mereka lihat langsung...hmmmm

So, kualitas generasi yang akan datang bisa menjadi cerminan kualitas generasi sebelumnya...sebagai generasi sebelumnya...apa yang akan kita wariskan buat mereka...duit? sekali krismon bisa habis tuh duit...dollar naik habis juga duit lu, saham anjlok ilang deh duit lu atau kita hanya akan mewariskan ‘kata makian’ yang pasti akan semakin sering digunakan ketika krisis datang....?

There are many things around us that too small to ignore but we already ignored them


there are many things around us are too small to ignore

No comments: